Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Penyembuhan Perlambatan Ekonomi Dari Virus Corona: Akselerasi Kekuatan Domestik

Sabtu, 15 Februari 2020, 12:28 WIB
Penyembuhan Perlambatan Ekonomi Dari Virus Corona: Akselerasi Kekuatan Domestik
Foto: Ilustrasi
DAMPAK dari Virus Wuhan terhadap perekonomian tampaknya mulai mencemaskan ekonomi Indonesia. Prediksi sementara pertumbuhan ekonomi China akan merosot dibawah 6 persen atau sekitar 5.1-5.4 persen dari sebelumnya 6.1 persen pada 2019. World Bank memprediksinya 5.3 persen dan bloomberg memprediksi dapat merosot ke 4.5 persen di kuartal pertama 2020.

Berdasarkan kajian dari World Bank dan Kemendag RI bila pertumbuhan ekonomi China turun 1 persen maka pertumbuhan ekonomi Indonesia ikut turun 0.23-0.3 persen. Berdasarkan proyeksi tersebut fakta tahun 2019 pertumbuhan ekonomi Indonesia 5.02 persen (data BPS) maka Indonesia diperkirakan akan tumbuh sekitar 4.5-4.7 persen (dibawah 5%) tahun 2020 sebagai dampak penyebaran virus corana tersebut.

Penurunan pertumbuhan ekonomi Indonesia akibat penyebaran virus corona diperkirakan melalui tiga transmisi. Pertama, perdagangan Indonesia dari dan ke China akan menurun. Kedua, nilai investasi China ke Indonesia juga akan berkurang. Ketiga: sektor pariwisata akan paling tajam berkurang. Dari sisi melemahnya ekspor, Indonesia akan mengalami defisit neraca perdagangan yang lebih dalam.

Korban meninggal karena virus corona terus bertambah. Sudah lebih 1.500 orang telah meninggal dunia dan lebih 67 ribu terinfeksi data per 15/02/20. Sejumlah langkah tegas diperlukan untuk mencegah terjadinya perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia bila tidak ekonomi dipastikan dibawah 5%.

Sektor Perdagangan Indonesia-China

Pada 2019, nilai perdagangan Indonesia-China mencapai USD 66,2 miliar, dengan nilai ekspor USD 27,1 miliar atau 15.1 persen total ekspor Indonesia dan nilai Impor sebesar USD 39.1 miliar atau 28.49 persen total impor nonmigas Indonesia. Sejak 2013, China sebagai mitra dagang terbesar bagi Indonesia, menggeser posisi Jepang.

Ekspor ke China

Dampak dari Virus Wuhan akan menyebabkan menurunnya ekspor perdagangan ke China terutama mineral, minyak sawit, besi, bijih dan pulp kertas (lima ekspor utama Indonesia ke China).

China juga merupakan salah satu negara terbesar tujuan ekspor dan asal impor produk perikanan Indonesia. Data BPS (2019) menunjukan bahwa dalam periode 2012-2018 share volume ekspor produk perikanan Indonesia ke China rata-rata mencapai 26,66 persen dari total volume ekspor produk perikanan Indonesia. Bahkan pada tahun 2018 share volume ekspor ke China mencapai 32,45 persen dari total volume ekspor perikanan Indonesia. Sementara secara nilai dalam periode yang sama share ekspor produk perikanan Indonesia ke China rata-rata mencapai 9,75 persen dari total nilai ekspor produk perikanan Indonesia.

Berdasarkan hal tersebut, dengan adanya kasus virus Corona, pemerintah dan para pelaku usaha perlu mengantisipasinya dengan baik agar kinerja perdagangan produk Indonesia tidak mengalami dampak negatif. Selain itu juga dampak Virus Wuhan ini harus dijadikan momentum untuk terus membenahi tata kelola perdagangan produk Indonesia, khususnya Indonesia dengan China yang selalu defisit perdagangan sejak tahun 2008.

Impor dari China

Berbagai bahan baku makanan-minuman (mamin) dan farmasi berasal dari China. Alokasi bahan baku farmasi yang berasal dari China mencapai 60 persen dari total kebutuhan, 30 persen berasal dari luar China dan sisanya 10 persen berasal dari dalam negeri.

Barang impor dari China umumnya adalah bahan baku makanan-minuman (mamin), produk olahan dalam kemasan kaleng, produk perkakas, rumah tangga dan produk buah-buahan. Barang elektronik dan barang mesin sangat penting digunakan dalam industri dalam negeri juga merupakan bahan impor utama.

Ketiadaan barang impor tersebut akan menganggu industri dalam negeri dan akan memicu terjadinya inflasi di masyarakat.

Sebelum terjadi penyebaran virus corona, Inflasi 2020 diperkirakan 3.0 persen plus minus 1 persen (Januari 2020 inflasi 2.68 persen), setelah penyebaran virus corona inflasi dapat diatas 3.5 persen plus minus 1 persen (diprediksi inflasi 3.8 persen).

Akibat virus corona, China akan terisolasi dari global supply chain karena banyak negara yang melakukan pembatasan impor termasuk Indonesia. Indonesia sedang berencana melakukan pembatasan impor. Sebelum terjadi pembatasan impor, harga sudah naik diantaranya adalah bawang putih yang mencapai 63 ribu/kg dari sebelumnya 29 ribu/kg.

Produk perikanan dan hewan hidup sudah dibatasi impornya oleh pemerintah. Impor produk perikanan periode  2012-2018 rata-rata didominasi oleh Makarel (71,03 persen), Sarden-Sardinella (14,63 persen), ikan lainnya (4,85 persen) dan Tepung Ikan (2,61 persen). Berdasarkan hal tersebut produk perikanan yang diimpor dari China sebagian besar merupakan bahan baku industri pemindangan.

Sektor Pariwisata dan Investasi Terpukul Akibat Corona

Sektor pariwisata adalah penyumbang penerimaan devisa terbesar tahun 2019 melampaui penerimaan devisa dari minyak sawit, batubara dan minyak gas bumi. Terpukulnya sektor pariwisata disebabkan pelarangan penerbangan dari dan ke China akibat virus corona perlu diperhatikan serius oleh pemerintah. Dari sisi investasi, realisasi investasi China menempati urutan kedua terbesar setelah Singapura.

Virus corona diyakini akan mengganggu sektor pariwisata. berdasarkan data penerbangan Februari-April dari IATA (International Air Travel Association), Indonesia adalah negara top 11 yang dikunjungi warga negara mainland China, dengan kota terbanyak adalah Denpasar (Top 11) dan Jakarta (Top 29).

Realisasi investasi China di Indonesia 2019 sebesar USD 3.31 miliar dengan 1,619 proyek, menyusun 15.6 persen dari total investasi 2019, sementara singapura berkontribusi 25.5 persen.

Perlunya Launching Program Ekonomi Akselerasi Sumber Daya Domestik

Pemerintah perlu melakukan program akselerasi pertumbuhan ekonomi yang menitikberatkan pada peningkatan kemampuan sumber daya domestik untuk mendukung pertumbuhan ekonomi diantaranya melalui:

Pertama, Pemerintah perlu menerapkan kebijakan kontra-siklus dengan mempertahankan daya beli dan konsumsi masyarakat domestik sebagai penopang utama pertumbuhan ekonomi. Salah satunya dengan mempercepat bantuan sosial dan menunda kenaikan harga listrik, harga tol dan harga administered lainnya yang menyumbang kepada inflasi.

Kedua, Pemerintah harus mampu mencari substitusi barang domestik yang bisa menggantikan barang impor yang berasal dari China. Barang substitusi domestik tersebut perlu dibebaskan PPN-nya sehingga harganya terjangkau. Pemerintah juga perlu mendorong pengembangan bahan bakunya mayoritas dari China termasuk memberikan bantuan benih, pupuk dan sarana produksi lain untuk pengembangan komoditas yang sekarang banyak diimpor dari China seperti bawang putih dan ikan dan termasuk pengembangan ekonomi kreatif kosmetik dan obat-obatan berbasis bahan baku Indonesia.

Di sektor pariwisata, Pemerintah perlu menurunkan harga tiket untuk mendongkrak jumlah wisman domestik khususnya tiga destinasi wisata yang sepi ditinggal wisman asal China yaitu Bali, Batam dan Sulawesi Utara.

Di sisi investasi dan keuangan, Indonesia perlu mencari sumber pembiayaan baru untuk proyek infrastruktur seperti Jepang, Australia dan Timur Tengah, dengan tetap membina hubungan baik China dan Singapura. Otoritas keuangan perlu memberikan insentif kepada lembaga perbankan/pembiayaan agar dapat memberikan kredit dengan pembayaran pokok dan bunga yang memiliki grace period 6 bulan kepada sektor terdampak dari virus corona wuhan tersebut. rmol news logo article

Achmad Nur Hidayat
Kepala Analis Badan Supervisi Bank Indonesia, Presiden BEM UI 2003-2004

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA