Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Menganggap Agama Adalah Musuh Pancasila, Bentuk Penistaan Agama?

Jumat, 14 Februari 2020, 02:49 WIB
Menganggap Agama Adalah Musuh Pancasila, Bentuk Penistaan Agama?
Ilustrasi/Net
“Mulutmu Harimaumu.” Pepatah yang entah dipopulerkan oleh siapa ini agaknya sesuai untuk menanggapi pernyataan kontroversial dari kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi yang baru sepekan lebih di lantik oleh Presiden Jokowi. Yudian mengatakan secara blak-blakan saat di wawancara salah satu media daring nasional.

Menurutnya, Pancasila sebagai satu-satunya asas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara telah diterima oleh mayoritas masyarakat, seperti tercermin dari dukungan dua ormas Islam terbesar, NU dan Muhammadiyah sejak era 1980-an.

Namun belakangan ini muncul kelompok yang mereduksi agama dan sesuai dengan kepentingannya sendiri sehingga tidak selaras dengan pancasila.

“Si Minoritas ini ingin melawan Pancasila dan mengklaim dirinya sebagai mayoritas. Ini yang berbahaya. Jadi kalau kita jujur, musuh terbesar Pancasila itu ya agama, bukan kesukuan," papar Yudian yang masih merangkap sebagai Rektor Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Jogjakarta.

Sontak, pernyataannya menuai kritikan dari berbagai pihak. Misalnya saja ketua PP muhammadiyah Haedar Nashir yang menanggapi pernyataan Yudian dengan mengatakan “Kepada para pejabat, apalagi kalau pejabat baru, harus mau belajar, menjadi pejabat itu mengurus urusan public yang luas, perlu seksama dalam berkata dan membuat pernyataan agar tidak keliru,” Rabu (12/2).

Pernyataan Yudian bisa diartikan membenturkan agama dengan Pancasila. Seperti Yang dilontarkan oleh Wakil Ketua Komisi VIII Ace Hasan Sadzily kepada harian Republika, Rabu (12/2).

“Menurut saya, tidak tepat. Justru, menempatkan agama dalam perspektif yang berhadap-hadapan dengan Pancasila adalah kesalahan dan tidak pada tempatnya,” kata Ace.  

Dugaan Penistaan Agama

Ketua Eksekutif Nasional BHP KSHUMI, Candra Purna Irawan menyampaikan bahwa terdapat pendapat hukum dari praktisi dan pakar yang menilai pernyataan kepala BPIP dapat dianggap melakukan tindak pidana penistaan agama (pasal 156 huruf a KUHP Jo. Pasal 4 UU No.1/PNPS/1965 Tentang Pencegahan dan Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama).

“Yang bersangkutan juga dimungkinkan dijerat delik Ujaran Kebencian dan Permusuhan berdasarkan SARA (Pasal 28 ayat (2) UU ITE),” sebut Candra dalam pendapat tertulisnya yang diterima JPNN.com, Kamis (13/2).

Ditambah dengan fakta kepala BPIP yang seorang Profesor sekaligus Rektor di salah satu Universitas di Jogjakarta ini. Maka, pernyataan kontroversialnya bisa dikategorikan keluar atas kesadaran pribadi, yang pasti dia tahu betul dengan makna yang dimaksud dari ucapannya. Bukan sekadar pernyataan spontanitas.

Membuka Aib Rezim

Perilaku pejabat yang seringkali memojokkan Islam makin sering kita temui. Belum kering luka hati rakyat akibat tuduhan pemerintah atas ketidak mampuannya menstabilkan perekonomian dengan menuduh rakyat itu kufur nikmat.

Kini. Lagi-lagi rakyat, utamanya umat Islam sebagai penduduk mayoritas negeri ini dibuat kecewa dengan pernyataan salah satu pejabat negara yang menyebutkan bahwa  agama (baca: Islam) adalah musuh dari Pancasila.

Pernyataan tendensius ini, justru membuka aib pemerintah sendiri. Semakin memperjelas posisi mereka. Di mana mereka berpihak. Yang pasti bukan memihak umat Islam dan ajarannya. Buktinya, mereka malah mengelurkan statemen-statemen yang menyakiti umat Islam.

Secara tidak langsung menuduh penyebab kekacauan dan segala keruwetan bangsa ini adalah Islam. Sehingga mereka menjadikan agama sebagai musuh Negara. Meski sempat mengeluarkan klarifikasi atas pernyataannya, tidak serta merta menjadikan rakyat terhibur dan melupakan lukanya.

Islam Hadir Lebih Dulu

Islam adalah agama politik spiritual yang diturunkan oleh Allah SWT sebagai rahmatan lil alamin. Islam mengajarkan keimanan dan  memberi solusi atas setiap problem kehidupan manusia. Sehingga menempatkan Islam berhadap-hadapan dengan pancasila atau meletakkan Islam dibawah pancasila apalagi menyingkirkan Islam dengan alasan untuk mengangkat nilai-nilai pancasila sungguh tidak dapat diterima.

Islam dan Pancasila tidak sama. Islam ada sebelum pancasila, bahkan Islam lebih dulu eksis jauh sebelum negara Indonesia lahir. Pengaruh Islam sangat besar dalam peradaban dunia. Hal ini terbukti di banyak fakta sejarah. Sejarah membuktikan, hanya Islam yang mampu menyatukan keberagaman.

Islam diterima oleh manusia, dari yang berkulit hitam hingga yang berkulit merah. Perbedaan budaya, bahasa hingga kebiasaan tak menjadi penghambat persatuan. Islam menyatukan perbedaan.

Dalam pandangan Islam perbedaan merupakan fitrah. Dalam Quran Surah Al hujurat ayat 13 Allah berfirman yang artinya;
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”

Nabi Muhammad juga telah mengajarkan persatuan ini. Dalam sebuah Hadits yang disampaikan oleh baginda Nabi sesaat setelah menaklukkan kota Makkah. “Tiap Muslim adalah saudara bagi muslim yang lain. Kaum muslim adalah satu tangan yang berada diatas tangan yang lain.”

Karenanya jika Islam dituduh sebagai musuh Negara, apatah lagi Islam dituduh memecah belah bangsa, sebenarnya itu adalah tuduhan yang tak berdasar dan penuh dengan fitnah. Justru Islam mencintai persatuan.
 
Saat Islam diterapkan dengan sepenuhnya. Sesuai dengan apa yang Allah perintahkan. Tidak hanya Indonesia, bahkan dunia akan diliputi dengan kedamaian, kesejahteraan dan keamanan.

Sebaliknya, saat Islam ditinggalkan kondisi berubah penuh dengan kekacauan, kedholiman dan keserakahan manusia.
Semoga kita mampu mengambil pelajaran. Saat agama diabaikan, maka akan mengundang keburukan. Keresahan dan kekacauan. Saat agama disingkirkan, mustahil keberkahan akan di dapatkan. Jika tak segera bertaubat, bangsa ini akan kehilangan fitrahnya sebagai pemimpin peradaban. Allahu a’lam bisshowab. rmol news logo article
Novia Roziah
 
Penulis adalah Member Revowriter


Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA