Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Jihad Sang Ilham Bintang

Minggu, 02 Februari 2020, 08:47 WIB
Jihad Sang Ilham Bintang
Ilham Bintang/Net
MANA yang lebih penting, gesit dalam liputan lapangan atau kemampuan menulis secara populer-artikulatif? Pengetahuan tentang seluk beluk jurnalistik atau pengetahuan umum tentang berbagai masalah publik? Pemahaman tentang jurnalistik atau keluasan jaringan dan relasi? Selalu muncul pertanyaan semacam ini di kalangan wartawan muda.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Pertanyaan serupa juga mengemuka dalam ajang uji kompetensi wartawan di mana para wartawan aktif mesti membuktikan kualifikasi kewartawanan masing-masing. Jawabannya adalah tidak ada yang lebih penting dari yang lain.

Karena sesungguhnya semua kualifikasi tersebut adalah sama pentingnya. Semua itu adalah syarat untuk menjadi seorang wartawan profesional. Oleh karena itu, semua kualifikasi tersebut menjadi materi uji kompetensi wartawan.

Seorang wartawan bukan hanya harus mahir menulis, melainkan juga mesti pintar bergaul. Seorang jurnalis tak cukup hanya mendalami ilmu jurnalisme, tetapi juga mesti memiliki wawasan yang luas. Tak kalah penting, tak elok seorang wartawan membatasi lingkup pergaulan hanya sebatas tempat kerjanya semata. Lingkup pergaulannya mesti menembus batas dan sekat.

Wartawan seyogyanya adalah manusia multi dimensi, multi talen. Wartawan ibaratnya adalah ensiklopedia berjalan.

Buku ini memberikan gambaran tentang sosok wartawan dengan keragaman dimensi tersebut. Sosok wartawan yang rentang perhatiannya sangat lebar, dengan lingkup pergaulan yang begitu luas, serta dengan kemampuan menulis populer yang terus terjaga. Maka di dalam buku ini, kita menemukan ulasan yang renyah-bernas dan sekali-kali reflektif dengan berbagai tema: politik, kesenian, pariwisata jurnalisme, agama, hingga kemanusiaan.

Subyek dalam ulasan-ulasan itu melintas batas. Dari  HABIBIE hingga NANA. Dari Mahathir Muhammad hingga Raam Punjabi. Dari Setya Novanto hingga Karni Ilyas.

Satu hal yang paling saya kagumi dari sang penulis buku adalah keluasan lingkup pergaulannya. Selalu kelihatan akrab dan karib dengan semua pihak. Selalu lugas dalam menyampaikan pendapat. Itulah Ilham Bintang yang saya kenal. Dia juga tak pernah ragu dalam menyampaikan kritik. Dia tak sungkan untuk berbeda pendapat.

Maka beberapa orang kaget dengan sikap terus-terang dan ekspresifnya. Hingga kemudian orang mengetahui sisi lain dalam dirinya yang akrab dan hangat.

Konsistensi menulis Bang Ilham patut diapresiasi. Tak banyak wartawan senior seusianya yang masih getol menulis. Di tangan Ilham Bintang, menulis adalah sebuah habitus. Sebuah tradisi yang tak lekang oleh waktu. Suatu kebiasaan yang mendarah daging. Maka tak ada kata pensiun untuk seorang penulis atau wartawan. Kemampuan teknis atau ketajaman analisis mungkin berubah seiring perjalanan waktu. Namun dorongan untuk menulis tak pernah pudar.

Karena sejatinya manusia juga tak pernah berhenti dalam menggali pengalaman dan pengetahuan baru. Selalu ada yang baru dalam perjalanan hidup kita. Dalam hal ini, menulis adalah upaya internalisasi pengalaman hidup sekaligus tindakan berbagi kepada orang lain. Dengan menulis, hal hal baru dalam hidup kita tak menguap begitu saja, alih alih dipelajari dan dimaknai.

Lebih dari itu, Akan menjadi amal jariyah jika kita berani membagikan pengalaman dan pandangan kita kepada khalayak ramai. Akan menjadi pahala kita jika pengalaman itu membantu orang lain dalam menghadapi hidup.

Saya kira itulah “Jihad Sang Ilham Bintang” sebagai seorang wartawan.

Selamat bang Ilham Bintang untuk amal jariyahnya melalui tulisan tulisan dalam buku ini. Sudah semestinya buku ini menjadi inspirasi banyak orang. Semoga bang ilham akan terus menulis dan berbagi. rmol news logo article

DR Agus Sudibyo

Ketua Komisi Hubungan Antar Lembaga dan Internasional Dewan Pers

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA