Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Sikap Etnis Tionghoa

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/zeng-wei-jian-5'>ZENG WEI JIAN</a>
OLEH: ZENG WEI JIAN
  • Rabu, 08 Januari 2020, 23:55 WIB
Sikap Etnis Tionghoa
A war against China; The worst scenario for Indonesian Chinese. Konflik Natuna is feeding that nightmare. Perang Indonesia-China is the least bad option. Tak terbayangkan.

Indonesia beda dengan Amerika. Di World War II, ada sekitar 33 ribu prajurit Amerika keturunan Jepang. Mereka disebut Nisei.

Sekitar 18.000 orang bertugas di Regimental Combat Team 442nd dan 6,000 menjadi bagian MIS, Commission on Wartime Relocation and Internment of Civilians.

Presiden Franklin D. Roosevelt memutuskan mengirim Nisei membantu Allied Force di Theater Atlantik.

Pemimpin Amerika tidak meragukan loyalitas Nisei terhadap negara. Tetapi mereka tidak ingin prajurit Nisei mengalami psycological distress harus membunuh sesama Jepang di Theater Pasific. Maka Nisei dikirim berperang melawan Nazi Jerman.

Ada white racist supremacist yang selalu curiga terhadap Nisei. Tetapi Roosevelt's administration dan American top brass generals mampu mengeliminir prejudis negative tersebut.

Historian Franklin Odo menulis penghargaan kepada veteran Nisei; "Most of the others did extremely well in their work and lives. And while they did not actively seek to create a 'model minority,' their achievements, as well as the roles assigned to them in the postwar era, became integral to that new racial construction, first in Hawai'i and later in the nation."

Problem Natuna tidak berkembang menjadi konflik apalagi konfrontasi. Statement termutakhir Presiden Jokowi seputar ZEE menjernihkan situasi.

Poros III, Penumpang Gelap, Rasis Anti China kebakaran jenggot. Kelabakan. Mati gaya.

Mereka sudah tebar provokasi membinasakan ethnik Tionghoa Indonesia. Target utama mereka sebenarnya menumbangkan Rezim Jokowi. China sebagai trigger. Ethnik Tionghoa berfungsi sebagai collateral damage.

Statement Menhan Prabowo bagai setetes air. Sejuk. Damai. China adalah negara sahabat. Karakter Jenderal Kaliber tinggi. Cool. Proporsional. Ngga extrim. Ngga lebay.

Just like Napoleon Bonaparte yang bisa tidur nyenyak sebelum turun ke medan perang.

Sikap Tionghoa terkait posibilitas Perang Indonesia-China sebenarnya sudah klir.

Ketua Partai Tionghoa Indonesia Liem Koen Hian di tahun 1930an sudah ditanya masalah ini.

Dia menjawab; Apabila RRT menyerang Republik Indonesia artinya RRT adalah negara agresor. Setiap agresi sudah pasti akan dilawan.

Sebaliknya apabila Republik Indonesia menyerang negara lain, termasuk nyerang RRT, maka Indonesia menjadi negara agresor. Sebagai pacifist menentang perang, Liem Koen Hian menolak berpartisipasi pada kegiatan agesor. Apa pun bentuknya.

Perang dengan China membuat Tionghoa tidak nyaman. So far I know, Chinese bukan bangsa agressor.

Mesiu ditemukan Jaman Dinasti Song. Para taykam banci ngeri liatnya. Mereka pengaruhi Kaisar. Akhirnya, mesiu hanya jadi petasan dan kembang api. Mesiu baru menjadi senjata di tangan Genghis Khan.

Philosophy Perang Tertinggi Sun Tzu; menaklukan musuh tanpa perang. Emperor Yongle mengirim expedisi maritim terbesar. Komandannya Chinese Muslim Admiral Zhenghe.

Gavin Manzi menulis komparasi Hiu dan Teri untuk membandingkan besarnya Armada Zhenghe dan Columbus. Tidak ada satu pun kerajaan yang dimusnahkan Zhenghe. Tidak ada perang. Small kingdom nyerah tanpa harus mengucurkan darah.

Public Indonesia kurang bisa membedakan antara encek-encek Glodok dan China sebagai Negara Nuclear Power, Pemegang Veto PBB dan negara kedua yang sanggup menembak satelit di ruang angkasa.

Pentagon merilis laporan bahwa China memiliki teknologi perang paling canggih. China as a nation tidak bisa dianggap sepele. Mereka adalah pewaris Genghis Khan yang menghancurkan begitu banyak dinasti. They afraid of nothing.

Polemik Uighur dan Natuna mesti membuat ethnik Tionghoa sadar diri. Expriment Ahok harus dinyatakan gagal. Niat baik membangun Indonesia via dunia politik harus direvisi ulang.

Jangan membuat mispersepsi ada Tionghoa ingin jadi presiden atau executive tingkat 1. Bolehlah jadi menteri atau anggota dewan. Tetapi jadi presiden or gubernur, sebaiknya nanti dulu.

Hormati aspirasi kearifan lokal. Don't ask too much or you'll be sorry.  rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA