Selamat Idul Fitri
Selamat Idul Fitri Mobile
Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

In Memoriam Ani Yudhoyono, Rest In Peace In Heaven

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/mega-simarmata-5'>MEGA SIMARMATA</a>
OLEH: MEGA SIMARMATA
  • Rabu, 05 Juni 2019, 04:59 WIB
In Memoriam Ani Yudhoyono, Rest In Peace In Heaven
Keluarga SBY/net
TELAH berpulang seorang putri terbaik Indonesia yang bernama Kristiani Herrawati binti Sarwo Edhie Wibowo yang lebih dikenal dengan nama Ani Yudhoyono.

Beliau wafat di Singapura tanggal 1 Juni 2019 akibat penyakit kanker darah.

Melepas kepergian sang istri, sudah tak terhitung jumlah airmata yang menetes dari kedua mata Mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Secara pribadi, saya lebih dekat dengan Pak SBY. Kami bersahabat sudah sangat lama yaitu sejak beliau menjabat sebagai Pangdam Sriwijaya.

Pak SBY yang menuliskan kata pengantar dalam buku kumpulan wawancara saya semasa menjadi penyiar di Radio Ramako. Buku yang saya terbitkan tahun 1998 itu berjudul “Kebebasan Bersuara Di Radio”.

Setahun kemudian atau tahun 1999, saya kembali menerbitkan sebuah buku hasil wawancara saya dengan sejumlah tokoh nasional.

Judul bukunya, “Anak Bangsa”. Dalam buku “Anak Bangsa” ini, Pak SBY termasuk yang saya wawancara dan masuk dalam buku ini.

Dan saya punya kenangan tak terlupakan saat buku “Anak Bangsa” ini saya terbitkan.

Foto Pak SBY yang dimuat dalam buku “Anak Bangsa” ini hasil jepretan sahabat saya, fotografer senior dari Harian Kompas, Arbain AW Rambey.

Ternyata Ibu Ani menyukai foto Pak SBY yang dimuat dalam buku “Anak Bangsa” itu. Menurut Bu Ani, Pak SBY ganteng sekali di foto itu.

Maka, Pak SBY memerintahkan staf dan ajudannya untuk menghubungi saya dan Arbain AW Rambey di Harian Kompas, agar foto Pak SBY yang dimuat di buku saya bisa diperbesar untuk dipajang di rumah Pak SBY.

Sahabat saya Arbain AW Rambey langsung melaksanakan keinginan Pak SBY dan Bu Ani.

Foto itu diperbesar dan dipigura. Lalu diantar ke kediaman Pak SBY dan Bu Ani.

Dari awal, Ibu Ani tahu bahwa saya sahabat dekat Pak SBY. Maka sepanjang Pak SBY menjadi Presiden, Bu Ani sangat paham jika tiba-tiba Pak SBY menghampiri saya untuk berbincang dan bercanda.

Pak SBY adalah sosok yang tenang, pendiam dan santun luar biasa. Maka dulu, sering saya candain.

Apalagi kalau saya sudah melihat uban mulai terlihat begitu banyak di rambut Pak SBY.

“Wah, sudah banyak ubannya. Jadi Presiden ternyata berat. Kita tukaran tempat aja Pak. Saya jadi Presiden. Bapak jadi wartawan,” kata saya kepada Pak SBY pada suatu ketika.

Pak SBY spontan tertawa gembira. Bu Ani datang menghampiri kami dan menanyakan ada apa kok kelihatannya gembira sekali.

Saya beritahu bahwa saya baru becanda tentang uban Pak SBY. Mendengar penjelasan saya, Ibu Ani pun lantas ikut tertawa geli.

Kelebihan Ibu Ani adalah beliau sangat cantik kalau senyum, apalagi kalau tertawa.

Dan ada satu lagi kenangan yang tak akan pernah saya lupakan.

Saat itu ada acara di Kantor Presiden dan saya meliput. Seperti biasa, setiap kali melihat kerumunan wartawan, yang namanya pasti dipanggil Pak SBY adalah nama saya.

Nah, pada hari itu, saat Pak SBY lewat dan memanggil nama saya. Saya bilang, “Pak, ada yang mau saya sampaikan”.

Pak SBY memanggil saya untuk mendekat kepada beliau. Semua Paspampres menyingkir karena Pak Sby hanya mau bicara berdua dengan saya.

Saya katakan pada Pak Sby, "Pak … saya baru ketemu Bu Megawati. Beliau suruh saya tanya ke Bapak, kenapa lama sekali izin dari Bapak untuk PAW (Pergantian Antar Waktu) Mbak ….. (saya sebut nama seorang wanita yang berlatar belakang artis). Bu Mega minta dipercepat".

Pak SBY menjawab, “Nanti saya kabari lewat kamu ya”.

Kira-kira satu jam kemudian, saya dicari Staf Protokol Istana karena Ibu Ani memanggil saya untuk masuk ke Istana.

“Mbak Mega, Bapak barusan ceritakan pada saya mengenai permintaan Bu Megawati. Ini sedang disuruh cari berkasnya, mana? Bapak mau tanda tangani supaya disegerakan yang Bu Mega minta. Mbak … Bapak itu hormat sekali pada Bu Megawati. Maka Bapak kaget, lho … mana berkas PAW nya. Bapak gak mau ada kesan tidak memperhatikan atau tidak membantu Bu Megawati. Sampaikan salam hormat kami pada Bu Megawati kalau bertemu lagi ya,” begitu kata Bu Ani pada saya.

Bagi saya, seorang Ani Yudhoyono tidak cuma sekedar belahan jiwa dari Pak SBY. Ibu Ani sudah menyatu jadi satu jiwa dengan Pak SBY.

Maka saya dapat memahami bagaimana hebatnya rasa kehilangan dan hancurnya hati Pak SBY saat ini.

Satu satunya orang yang sungguh-sungguh dapat dipercaya oleh Pak SBY di dunia ini hanya Ibu Ani.

Seorang wanita yang membuat Pak SBY merasa aman, nyaman, damai dan bahagia.

Seorang wanita yang sempurna kecantikan lahiriah dan batiniahnya.

Seorang wanita yang membuat Pak SBY mampu menjalani hidup dengan penuh semangat.

Dan ketika wanita itu meninggalkannya untuk selama-lamanya, Pak SBY tidak siap dan tidak mampu menutupi kehancuran hatinya.

Rindu demi rindu, akan berdetak seiring dan seirama dengan berlalunya sang waktu.

Seandainya ada yang bisa diucapkan Bu Ani ke telinga Pak SBY saat ini, maka yang akan diucapkan adalah:

“Pepo, Memo mencintaimu dari dulu, sekarang dan selamanya. Memo merindukanmu, lebih rindu dari rindumu. Memo kehilangan dirimu, lebih kehilangan dari rasa kehilanganmu. Tapi tataplah ke depan. Peluk dan jagakanlah cucu-cucu kita demi aku. Dampingilah anak anak kita demi aku. I love you more than I can say, Pepo”.

Penulis adalah wartawan senior

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA