Selamat Idul Fitri
Selamat Idul Fitri Mobile
Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Selamat Jalan Ibu Ani

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/ilham-bintang-5'>ILHAM BINTANG</a>
OLEH: ILHAM BINTANG
  • Sabtu, 01 Juni 2019, 20:52 WIB
Selamat Jalan Ibu Ani
Ani Yudhoyono/Net
SUATU siang, Ingrid Kansil mengontak saya. Ingrid, artis terkenal yang termasuk inner circle Ibu Ani Yudhoyono. Masa itu, ia juga anggota DPR-RI dari Fraksi Partai Demokrat, partai berkuasa, besutan Presiden SBY.

“Pak Ilham, saya ingin menyampaikan pesan Ibu Ani,” sapa Ingrid dalam sabungan telepon. Apa itu?

“Ibu Ani ingin traktir anak-anak yatim  mengunjungi museum serta jalan-jalan di lingkungan Istana. Beliau mau menyenangkan anak-anak, minta diliput  tayangan, tapi maunya hanya dari grup Pak Ilham,” papar isteri Syarif Hasan petinggi Partai Demokrat.

Ingrid bukan orang asing di lingkungan kami. Bahkan, dia mengenal semua karyawan yang bekerja di kantor. Maklum, Ingrid lebih lima tahun bekerjasama dengan kami, sebagai presenter program infotainmen Kroscek, salah satu produksi kami.

“Bisa yah Pak Ilham?,” tanya Ingrid.

“Bisa. Sangat bisa,” jawab saya cepat. Alhamdulillah, responsnya.

“Tunggu dulu. Saya minta satu syarat,” sahut saya.

“Syarat apa, Pak?”

Di masa itu, masyarakat tengah digegerkan oleh skandal video tiga artis terkenal, artis papan atas di Indonesia. Seperti biasa, masyarakat terbelah. Ada yang menganggap itu hak privasi artis bersangkutan. Lain pendapat menganggap itu pelanggaran moral dan hukum sekaligus. Pihak kepolisian tampak gamang menghadapi kontroversi itu.

Tapi di kalangan agama, video itu amat keterlaluan. Video itu jelas sengaja dibuat, bukan hasil  kerja paparazzi yang menguntit dan mengabadikan aktifitas warga di dalam ruang privasi. Saling silang pendapat sampai berlarut-larut mengisi ruang publik siang malam, dan sudah berlangsung hampir sebulan.

“Syaratnya, satu: minta pendapat atau komentar Ibu Ani atas kejadian yang melibatkan artis terkenal yang notabene figur publik. Entah menyesalkan atau apa saja,“ papar saya.

“Siyaap Pak. Saya akan coba minta Ibu kasih pendapat,” janji Ingrid.

Esok pagi seluruh tim pun berangkat menuju tempat yang dijanjikan. Syuting berlangsung sampai sore. Sehari kemudian, saya menyaksikan acara Ibu Ani dan anak-anak yatim disiarkan di beberapa program kami. Dengan sikap keibuannya, welas kasih, Ibu Ani tampak  bertindak bagai guidetour mengawal tamu-tamunya, sambil menerangkan segala sesuatu yang berhubungan dengan obyek kunjungan.

Saya baru ngeh. Kok kru yang meliput tidak melaporkan soal pernyataan Ibu Ani. Apakah dia berhasil mendapatkan atau tidak. Saya menelpon produsenya.

“Tidak jadi, Pak. Ibu Ani bilang, dia akan coba biar Pak SBY yang membuat pernyataan,” lapor produser. Tidak lupa saya telpon Ingrid untuk mengkonfirmasi laporan produser.

“Betul, Pak. Ibu Ani bilang seperti itu,” kata Ingrid.

Tidak begitu jelas bagaimana tehnisnya, Presiden SBY kemudian memang membuat pernyataan terkait kasus itu. Pernyataannya normatif saja: minta aparat penegak hukum mengusut tuntas soal peredaran video asusila, dan menjatuhkan hukuman bagi para pelakunya.

Namun, pernyataan Presiden SBY membuat penegak hukum terbirit-birit mengurut dari mula lagi kasus yang menurut informasi semula hendak dipetieskan.

Ending skandal itu: sumber peredaran video mendapat hukuman penjara. Hanya saja dua artis pelaku video belum disentuh hukum, meski kasus itu tidak juga dipetieskan. Beberapa waktu lalu, malah terang-terangan disebut  kedua artis pelaku masih berstatus tersangka.

Saya sudah cukup lama mengenal keluarga Pak SBY, jauh sebelum jadi Presiden RI dua priode. Hanya saja pengenalan itu dalam konteks professi. Kebetulan saya bekerja sebagai wartawan Harian Angkatan Bersenjata (1976-1998).

Hubungan pribadi mulai terjalin ketika dalam suatu jamuan makan malam di Crown Hotel, menjelang pembentukan Partai Demokrat, saya satu meja dengan beliau. Di antara Roy Marten, Anwar Fuady, Sys NS. Roy Marten mengenalkan ulang saya kepada beliau.

Setelah jadi presiden, ada beberapa kali saya diundang ke Istana dan Cikeas. Dalam pertemuan- pertemuan itu saya bisa  melihat peran besar Ibu Ani. Contohnya, kala berdialog dengan para wartawan, Ibu Ani mengambil posisi duduk di sebelah Pak SBY. Dilengkapi alat tulis untuk mencatat apa yang ditanyakan wartawan dan apa jawaban Pak SBY.

“Ibu Ani ini memang merangkap sekretaris saya,” begitu Pak SBY memperkenalkan Ibu Ani. Itu respons Pak SBY manakala Ibu Ani meluruskan data yang disampaikan Pak SBY.

Saya mengundang Pak SBY dan Ibu Ani pada acara resepsi pernikahan putera saya bulan Mei 2013. Beliau berhalangan hadir. Namun, selain mengirim karangan buka, tak lupa Presiden SBY juga mengirim surat pribadi menyampaikan ucapan selamat dan alasan tidak bisa hadir.

Urusan respons begini memang Pak SBY dan Ibu Ani dikenal luas sangat perduli.

Hampir setahun kemudian saya bertemu Pak SBY dan Ibu Ani di Bali dalam acara pertemuan Forum Pemred yang dihadiri beliau.

Saya bersama teman- teman berderet menyambut di pintu masuk. Pas bergerak di deretan saya berdiri, Pak SBY dan Ibu Ani, sengaja berhenti beberapa jenak. Dan, dia masih menyampaikan lagi alasan ketidakhadiran di acara resepsi, dan kembali menyampaikan ucapan selamat.

Pak SBY dan Ibu Ani memang pasangan Bapak dan Ibu Negara  yang luar biasa. Kehangatannya selalu terjaga. Saya beberapa kali ketemu setelah beliau tak lagi jadi Presiden, dan setiap kali ketemu itu selalu menyapa dengan pipi kiri pipi kanan sambil bertanya kabar kesehatan.

Hampir dua tahun lalu, saya diundang beliau ke Cikeas. Saya dijemput salah seorang kepercayaannya. Tiba di Cikeas, beliau menjemput saya di depan pintu rumahnya dengan sikap kebapakan. Dia memberitahu kepada beberapa pengurus partai yang berkumpul di teras rumahnya, bahwa ini pertemuan lepas kangen dua sahabat.

Saya pun dibimbing masuk ke ruang kerjanya. Topik pembicaraan tentang situasi menjelang Pilgub DKI 2017. Puteranya, Agus Harimurti Yudoyono, salah satu kontestan. Sebelumnya, saya memang pernah menulis analisis Pilgub dengan uraian mengenai peluang para kontestan.

Orang kepercayaannya yang menghubungi saya menyebut karena analisis itu Pak SBY mau ngobrol. Tapi waktu ketemu lebih kurang satu jam dengan Pak SBY, kami tidak cuma bicara itu. Beliau lebih fokus pada substansi: bagaimana demokrasi kita bisa berjalan smooth. Tidak ada geger-gegeran, seperti waktu dia terpilih dua priode.

Itulah terakhir saya ketemu beliau dalam perbincangan yang memakan waktu satu jam. Masih lekat dalam ingatan, beliau melepas saya sampai di teras rumahnya.

Maka, ketika Februari lalu Ibu Ani dirawat di RS NUH Singapore dengan vonnis kanker darah, saya merasakan kesedihan seperti kalau itu menimpa ibu sendiri. Waktu itu saya sedang di Malaysua. Maka setelah  pertemuan dengan PM Mahathir di Kuala Lumpur, saya tidak langsung pulang ke Jakarta. Saya bersama Asro Kamal Rokan, dan Rosiana Sillahi, mengubah rute ke Singapore. Dari airport Changi siang itu menenteng koper saya dan Asro   langsung ke RS NUH. Rosiana Silalahi karena dijemput suami memilih jalan sendiri.

Tapi siang itu Ibu Ani tidak bisa dibesoek. Baru saja memasuki tahapan perawatan steril. Pak SBY tidak berada di RS. Sedang tidak sehat, diminta dokter untuk istirahat di apartemennya. Di ruang tunggu yang secara khusus disediakan, ada beberapa tamu lain juga senasib dengan kami. Petugas piket menyediakan buku tamu untuk menulis pesan dan doa. Disediakan juga alat rekam berupa video. Saya dan Asro memilih kedua- duanya. Untuk memanjatkan doa bagi kesembuhan Ibu Ani. Juga kesehatan bagi Pak SBY.

Sabtu (1/6) pecah berita Ibu Ani wafat. Meskipun didera penyakit berat, namun rasanya seperti tak percaya Ibu Ani Yudhoyono begitu cepat dipanggil menghadap Ilahi. Beliau mengembuskan nafas terakhir Sabtu( 1/6) pukul 11.50 waktu Singapura. Ibu Ani wafat dalam usia 66 tahun, meninggalkan dua putera dan empat cucu.

Selamat jalan Ibu. Allah SWT lebih menyayangi Ibu, Dia  paling berhak atas Ibu, karena Dia pemilik mutlak Ibu dan seru sekalian alam.

Doa kami, semoga Allah SWT menyediakan tempat lapang, nyaman, dan indah di sisiNya. Dan kepada keluarga yang ditinggalkan, khususnya Pak SBY, senantiasa dirawat kesehatannya, dirawat kesabaran dan ketabahannya karena negeri ini masih sangat butuh sosok Pak SBY. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA