Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Mengatasi Krisis, Menyelamatkan Demokrasi Di Atas Kebenaran

Kamis, 16 Mei 2019, 12:55 WIB
Mengatasi Krisis, Menyelamatkan Demokrasi Di Atas Kebenaran
Surat suara Pilpres 2019/Net
WAKTU yang panjang sejak tahapan Pemilu Presiden bergulir 10 Agustus 2018 lalu, terus memompa suhu politik ke titik didih. Bukannya menurun pasca pemungutan suara, namun justru semakin memanas hari demi hari.

Bahkan kesan yang terlihat, tak ada lagi ruang dialog, yang tersisa hanya waktu yang dihitung mundur untuk memulai konflik antar sesama anak bangsa karena pertikaian politik.

Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden Republik Indonesia ke 6 dalam bukunya yang berjudul “Selalu Ada Pilihan” menuliskan harapan di akhir masa jabatannya 5 tahun lalu.

”Di saat-saat akhir pengabdian saya sebagai pemimpin di negeri ini saya mengajak seluruh rakyat Indonesia, terutama para elite dan tokoh bangsa, untuk membuat politik dan demokrasi kita ini makin matang, makin berkeadaban, dan makin berkualitas.”

Begitulah SBY berharap ketika di ujung masa pengabdian 10 tahun sebagai pemimpin di negeri ini, kelak akan melihat demokrasi yang tumbuh baik dan semakin berkualitas.

Ironinya, justru ,ata dan telinga kita setiap hari saat ini disuguhi cerita dan berita tentang betapa demokrasi kita mengalami penurunan kualitas, mengalami degradasi adab, dan parahnya kita seolah menjadi negara yang baru mengenal demokrasi, bukan semakin matang tetapi semakin kekanakan belajar mengerti demokrasi dan belajar memahami apa itu demokrasi.

Kembali kepada rangkaian Pemilu yang sudah berjalan, 17 April 2019 telah berlalu di mana rakyat Indonesia telah memberikan suaranya secara rahasia di TPS.

Pemungutan suara yang kemudian melahirkan dua pendapat berbeda. Kubu 01 Koalisi Indonesia Kerja menyatakan pemilu berlangsung Jurdil dan mengklaim sebagai pemenang berdasar quick count, sementara kubu 02 Koalisi Adil Makmur menyatakan pemilu berlangsung curang dan mengklaim senagai pemenang berdasar exit poll dan real count.

Lantas siapa yang bisa menengahi perbedaan pendapat ini? Hingga saat ini belum terlihat siapa yang bisa menengahi meski kita punya Badan Pengawas Pemilu alias Bawaslu. Akhirnya kondisi politik kita berjalan menuju gerbang krisis politik.

Sekarang, hari ini 10 hari menuju tanggal 22 Mei 2019, di mana KPU akan mengumumkan penetapan pemenang Pemilihan Presiden dan juga perolehan suara Partai Politik. Namun semua mata, semua pikiran dan semua telinga sekarang tertuju kepada penetapan Pemilihan Presiden.

Tersisa sedikit yang masih bertanya siapa Presiden terpilih yang akan diumumkan oleh KPU karena opini hampir terbentuk sempurna atas kerja lembaga survei dan media yang memberitakan bahwa pasangan 01 Jokowi-Maaruf memenangkan Pemilu Presiden.

Di bawah yang sedikit itu bahkan hampir tak ada yang bertanya tentang perolehan suara Partai kecuali kader-kader dan pengurus Partai Politik. Itulah realita saat ini.

Kita melihat, kubu 02 merasa diabaikan hak keadilannya dan diabaikan hak konstitusionalnya untuk mendapatkan keadilan. Justru kubu 02 merasa semakin diperlakukan represif, ditekan, diintimidasi secara hukum dengan adanya beberapa tokoh kubu 02 yang kemudian menjadi tersangka di Kepolisian.

Dan kini teriakan people power hingga teriakan revolusi menggema sebagai pilihan terakhir dan jalan terakhir atau jawaban terakhir yang disiapkan oleh kubu 02 yang tidak bisa menerima situasi seperti sekarang ini, situasi merasa diperlakukan tidak adil dan diperlakukan curang tanpa ada ruang untuk mencari keadilan secara konstitusional. Akhirnya kita semakin dekat didepan pintu krisis politik.

Kembali kepada judul artikel tulisan ini, “Mengatasi Krisis, Menyelamatkan Demokrasi Di Atas Kebenaran”. Harus ada solusi jalan tengah, solusi jalan menyatukan semua komponen anak bangsa, solusi yang bisa diterima oleh semua pihak sebagai jalan menegakkan demokrasi di atas kebenaran, kebenaran di atas jalan Tuhan.

Jokowi dan Prabowo harus segera bertemu melakukan dialog sebagai pemimpin bangsa. Dialog kebangsaan yang kita harapkan menjadi penurun suhu politik. Jangan mengharamkan dialog karena dialog akan menghasilkan peluang-peluang untuk menjadi solusi.

Kita mencintai Indonesia, kita tidak ingin negara ini harus bubar karena konflik, mari cintai Indonesia dengan sungguh-sungguh dengan tindakan bukan hanya dengan kata-kata. rmol news logo article

Ferdinand Hutahaean
Penulis adalah Kepala Divisi Advokasi dan Bantuan Hukum DPP Partai Demokrat

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA