Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Untukmu Tuan Syam

Minggu, 28 April 2019, 08:50 WIB
Untukmu Tuan Syam
Syamsuar/Net
MASIH dalam pekan ini peringatan Hari Otonomi Daerah: Yang ke-23. Tapi ternyata mental feodal: menyembah pejabat yang lebih tinggi dan mendongak pada mereka yang dipimpin masih berlumut pada di pejabat di negeri ini.

'Awak sarjanalah. Sekolahlah sikit'.

Perkataan itu meluncur dari gubernur Riau, Syamsuar, pada wartawan yang meminta tanggapan dan imbauannya kepada masyarakat Riau terkait quick count Pilpres.

Meskipun akhirnya ada pertemuan. 'Sebenarnya tidak ada masalah. Hanya miskomunikasi saja. Jadi, buang yang keruh, ambil yang jernih,' kata Syam.
 
Entah tekanan psikis apa yang melanda tuan satu ini. Tertekan karena belum bisa sepenuhnya wujudkan progja prioritas 100 hari usai pelantikan itu? Saya rasa tidak. Masih ada waktu. Lagi pula progja yang disebut itu sebagian besar juga normatif. Tidak ada standar penilaian berhasil atau tidaknya.

Apa karena DBH dari pusat mencapai 1,7 triliun rupiah yang belum juga ditransfer ke Riau itu? Saya ragu. Apa Syam sepeduli itu. Dan membuat sikapnya dinilai wartawan tak elok.

Atau saat dua bulan menakhodai Riau, Syam mendapatkan kritikan tajam dari DPRD? Sebagai lembaga kontrol jalannya eksekutif. Kalau ini saya rasa jauh dari kata mungkin.
 
Dari dulu DPRD Riau itu ramahnya mintak ampun pada gubernur. Siapapun gubernurnya. Bahkan kursi ketua DPRD pun bisa kosong hampir setahun karena pengaruh gubernur yang juga ketua partai kala itu.

Lalu apa gerangan?

Teringat saya Bupati Mandailing Natal yang mengajukan permohonan pengunduran diri yang salah alamat itu. Tersebab tak mampu memenangkan sang tuan di daerah yang dipimpinnya.

Mungkin inilah gerangan penyebabnya. Alasan yang sama: paslon capres yang didukung atau yang terpaksa didukung, dengan hitung-hitungan yang ada, kalah telak di Bumi Lancang Kuning ini. Entah konsekuensi apa setelah itu.

Tapi apapun penyebabnya, pasti tidak akan dijumpai alasan untuk membenarkan sikaf Syam.

Rasanya tak perlu harus mengajari Syam tentang falsafah mengenai kepemimpinan di tanah Melayu ini.

Tentang 'Didahulukan Selangkah' itu: Bukan hanya tentang dihormati dan disegani. Tapi juga bagaimana saat satu kampung menderita, ia yang paling teruk.

Juga falsafah 'Ditinggikan Seranting' itu: Bukan hanya tentang sebagai peneduh. Tapi juga bagaimana saat ia diterpa kencangnya angin, ia tetap kokoh, bukan malah menimpakan beban.

Ini bukan tentang kami wartawan yang minta dihormati. Kami wartawan ini sama saja dengan profesi apapun di dunia ini. Yang berandal ada. Yang sikapnya seperti malaikat juga mungkin tidak sedikit.
 
Perihal sekolah atau pendidikan. Setahu saya bukan tipikal wartawan memajang titel agar dianggap kaum intelektual. Gelar magister ataupun doktor itu gelar yang biasa saja bagi wartawan.

Jargon: kami sahabat media, kami mitra media. Jangan hanya untuk bermanis bibir. Juga jangan hanya untuk pemilik-pemilik media. Cobalah sikap itu Tuan Syam tumpahkan pada wartawan yang bertungkus lumus mengabarkan apa yang tuan perbuat agar tersampaikan kepada masyarakat banyak.

Tuan juga mungkin masih ingat bagaimana ucapan serapah gubernur Riau sebelumnya, Anas Ma'mun pada wartawan. Beberapa waktu sebelum dibui. Marilah benar-benar bersahabat. Jangan basa-basi.

Hanya mengingatkan saja. Tak selamanya jadi penguasa. Jangan sampai kuasa lepas tuan tak dipandang orang.rmol news logo article


Alwira Fanzary Indragiri
Wartawan; Ketua OKP Lingkar Anak Negeri Riau(LAN-R)

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA