Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Miftah Sabri Tak Ingin Indonesia Menjadi Negara Gagal

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/'></a>
LAPORAN:
  • Rabu, 23 Januari 2019, 16:11 WIB
Miftah Sabri Tak Ingin Indonesia Menjadi Negara Gagal
Miftah Sabri/Net
rmol news logo Indonesia tak boleh menjadi negara gagal hanya karena kurang memberikan perhatian terhadap ilmu pengetahuan, teknologi, bidang keahlian teknik mesin, teknik dan matematika.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Itulah yang mendorong CEO Selasar, Miftah Sabri maju pada pencalegan DPR dari Partai Gerindra

"Ini syarat kemajuan masa depan. Indonesia harus fokus pada ini karena bonus demografi ini harus kita siapkan dengan investasi di bidang itu. Kalau kita telat investasi di bidang itu, maka saya pikir kita akan menjadi negara gagal nanti," kata Miftah yang juga Jurubicara Prabowo-Sandiaga saat berbincang dengan Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (23/1).

Tekadnya jika lolos Senayan nanti, mendorong UU Sistem Inovasi Nasional (SIN).

Caleg dari Daerah Pemilihan Riau I ini menjelaskan, dengan adanya UU SIN, negara wajib memberi insentif kepada individu, organisasi, kampus, dan komunitas yang berinovasi pada pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, mesin, teknik dan matematika.

"Kalau dia melakukan itu, apa rewardnya, kalau dia perusahaan, mungkin bisa nanti mendapatkan keringanan pajak dan lain-lain. Dalam itu juga kita cantumkan kewajiban negara untuk memberikan perhatian pada riset berapa persen gitu ya dalam APBN kita," paparnya.

Terkait itu, Miftah mengklaim konstituennya di Dapil Riau I, utamanya dari kalangan milenial sangat menyambut baik usulannya ini. Sebab, menurut dia, kaum milenial sadar betul suatu saat Riau tak bisa lagi mengandalkan produksi minyak untuk kemajuan daerah mereka.

"Di Riau ini ke depan harus mengandalkan manusia. Jadi bagaimana di Riau ini nanti muncul politeknik tentang sawit, perminyakan, pertanian, ada institut teknologi, ternyata ketika kami menyampaikan itu alhamdulillah disambut oleh anak-anak muda di Riau," kata ayah dua putri ini.

Miftah yang sarjana ilmu politik ini sempat mengajar ilmu riset selama enam tahun sejak 2005 di Universitas Indonesia. Berhenti mengajar, Mitfah beralih membuat platform digital untuk para pengguna (users) berbagi pengetahuan, pengalaman, dan wawasan.

"Jadi lebih pada orang riset yang terjun ke dunia digital, mengumpulkan pengalaman, dan dari sana kita tahu bahwa salah satu solusi permasalahan bangsa adalah mengembangkan teknologi," demikian pria kelahiran 20 Januari 1984 tersebut.[wid]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA