Perdana Menteri Zoran Zaev berhasil mengamankan mayoritas dua pertiga yang dibutuhkan dalam pemungutan suara bersejarah di tengah pemboikotan oleh oposisi nasionalis jelang akhir pekan ini. Dia mengamankan 81 suara dari 120 suara yang ada di parlemen.
Perubahan nama itu bertujuan untuk mengakhiri perselisihan 27 tahun dengan Yunani, yang memiliki wilayah sendiri bernama Makedonia.
"Babak sejarah baru di negara bagian kita telah ditulis malam ini," kata pemerintah Macedonia dalam sebuah pernyataan (Jumat, 11/1).
Dengan mengganti nama resmi negara, maka Yunani harus mengangkat hak veto atas tawaran Makedonia untuk bergabung dengan NATO dan Uni Eropa.
"Itu benar-benar membuat dua kepentingan negara terbesar kami, keanggotaan di NATO dan Uni Eropa," sambungnya seperti dimuat
BBC.
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg memuji pemungutan suara itu dan mengatakan aliansi itu sangat mendukung implementasi penuh dari perjanjian, yang merupakan kontribusi penting bagi kawasan yang stabil dan makmur."
Merujuk pada referendum tidak mengikat yang dilakukan September tahun lalu, ditemukan bahwa Lebih dari 90 persen pemilih Makedonia mendukung perubahan. Tetapi pemilihan itu dianggap tidak sah karena jumlah pemilih yang rendah.
[mel]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.