Pertama, defisit transaksi berjalan (
current account deficit/CAD). arena, CAD belakangan ini melebar. Pada kuartal III-2018 CAD sebeÂsar 8,8 miliar dolar AS atau 3,37 persen. ngka itu melebar dibandingkan CAD kuartal II- 2018 yang sebesar 8 miliar dolar AS atau 3,02 persen dari produk domestik bruto (PDB).
"Solusinya tekan defisit migas dengan meningkatkan lifting minyak dan menggunakan energi alternatif seperti biodiesel. Kemudian, dorong ekspor ke negara alternatif," ungkap Bhima kepada
Rakyat Merdeka, kemarin.
Masalah kedua, masalah kualitas tenaga kerja. Menurut Bhima, 60 persen tenaga kerja merupakan lulusan sekolah meÂnengah pertama (SMP) atau bahkan di bawahnya. SemenÂtara, lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK) menduduki tingkat pengangguran tertinggi. Disarankannya, pemerintah merombak total kurikulum SMKdan sekolah vokasi dengan memperbanyak magang dan menyesuaikan dengan kebutuÂhan industri.
Dan ketiga, ketergantungan pada ekspor mentah. 70 persen porsi ekspor adalah bahan menÂtah dan olahan primer.
Bhima mendukung langkah tegas Presiden Jokowi untuk mengerem ekspor bahan mentah. Karena, memang semestinya pemerintah melakukan reindusÂtrialisasi dengan fokus memÂberikan insentif untuk pengembangan kawasan industri.
"Kalau itu bisa diselesaiÂkan otomatis kemiskinan, pengangguran dan masalah tuÂrunan lainnya akan membaik," jelasnya.
Bhima memperkirakan perÂtumbuhan ekonomi 2019 sebeÂsar 5,1 persen. Lebih rendah dari target pemerintah 5,3 persen.
Dia menuturkan, perekonomian global memang akan lebi baik dengan adanya gencatan senjata AS dengan Chiuna. Ekspor Indonesia ke AS dan China diharapkan bisa kemÂbali normal khususnya ekspor komoditas yang menjadi baÂhan baku industri manufaktur di kedua negara itu. Ekspor sawit akan bergairah lagi. ***
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: