Dimensy.id
Apollo Solar Panel

TARGET APBN

Ini Keajaiban Yang Hanya Terjadi Di Indonesia

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/ade-mulyana-1'>ADE MULYANA</a>
LAPORAN: ADE MULYANA
  • Sabtu, 08 Desember 2018, 09:36 WIB
Ini Keajaiban Yang Hanya Terjadi Di Indonesia
Sri Mulyani Indrawati/Net
rmol news logo Pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi hingga akhir tahun nanti akan lebih rendah dari target. Tetapi, penerimaan negara untuk pertama kali dalam sejarah justru melampaui target.   

Dua hal ini disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam dua kesempatan terpisah dalam waktu yang tidak terlalu lama.

Ketika berbicara di gedung DPR RI bulan September lalu, Sri Mulyani mengatakan, pihaknya memproyeksikan pertumbuhan ekonomi akan berada dalam rentang 5,14 persen hingga 5,21 persen. Ini berati lebih rendah dari proyeksi sebelumnya, yaitu 5,3 persen. Bahkan, lebih rendah dibandingkan asumsi 2018, yakni 5,4 persen.

Sementara pekan ini di Istana Negara (Rabu, 5/12), menteri yang sama mengatakan penerimaan negara tahun ini akan melampaui target APBN 2018, dan ini adalah kali pertama dalam sejarah.

Sri Mulyani yakin, di akhir 2018 nanti penerimaan negara bisa mencapai angka sebesar Rp 1.936 triliun. Ini berarti mengalami kenaikan 18,2 persen dari tahun lalu. Adapun target APBN 2018 sebesar Rp 1.894 triliun.

Dua pernyataan Sri Mulyani ini dipandang sebagai keajaiban yang tidak terjadi di belahan dunia manapun kecuali di Indonesia.

Bayangkan saja, kata ekonom Salamuddin Daeng, pertumbuhan ekonomi yang rendah dan menurun bisa membawa berkah berupa penerimaan negara yang melebihi target APBN.

“Dampak lain dari pertumbuhan ekonomi stagnan dan cenderung menurun adalah menuurunnya angka kemiskinan dan jumlah pengangguran. Hal ini juga hanya terjadi di Indonesia dan tidak terjadi di belahan dunia lain,” ujar Salamuddin Daeng lagi, menyindir, beberapa saat lalu (Sabtu, 8/12).

Salamuddin mengatakan, dua hal yang disampaikan Sri Mulyani itu penting untuk direnungkan para ekonom Indonesia, dan memperlihatkan dengan jelas bahwa ilmu ekonomi tidak relevan digunakan di Indonesia.

“Sebaiknya para ekonom mencopot gelar-gelar akademik mereka, karena ilmu ekonomi sudah tidak relevan lagi diterapkan di Indonesia. Lebih jauh lagi agar kampus-kampus fakultas ekonomi dan jurusan ilmu ekonomi agar kiranya segera membubarkan diri,” demikian Salamuddin Daeng masih menyindir. [dem]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA