Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Pilpres Masih Terjebak Diskursus Negatif

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/'></a>
LAPORAN:
  • Jumat, 16 November 2018, 16:55 WIB
Pilpres Masih Terjebak Diskursus Negatif
Agun Gunanjar/Net
rmol news logo Narasi genderuwo, sontoloyo, dan tampang Boyolali yang disampaikan capres petahana Joko Widodo dan pesaingnya Prabowo Subianto yang dipertontonkan ke publik dinilai tidak mencerdaskan masyarakat dalam menentukan pilihan.

Demikian dikatakan Ketua Fraksi Golkar MPR RI, Agun Gunanjar Sudarsa pada diskusi Empat Pilar MPR RI bertema "Etika Politik Pilpres" di media center DPR, Jumat (16/11). Selain Agun, pengamat politik dari Voxpol Center, Pangi Syarwi Chaniago turut menjadi pembicara dalam acara ini.

Agun Gunandjar melihat perkembangan Pileg dan Pilpres 2019 masih terjebak kepada sebuah diskursus yang sesungguhnya tidak memberikan dampak positif kepada bangsa.

"Tidak membuat bangsa ini semakin lebih cerdas untuk untuk menentukan pilihan-pilihan," ujarnya.

Terkait narasi yang dilontarkan Jokowi maupun Prabowo, Agun tidak mau menyalahkan dua capres tersebut. Justru pihaknya melihat apa yang terjadi tidak bisa dilepaskan dari produk fenomena perjalanan politik pasca reformasi.

Semua pihak, menurutnya, bersalah dalam melahirkan produk politik seperti itu. Tidak saja anggota DPR, elit partai, bahkan media juga ikut bersalah dalam kasus ini.

"Sebab bicara etika terkait dengan patut tidak patut, layak tidak layak, baik buruk itu etika, bukan salah benar," ujarnya.

Sementara kondisi kehidupan politik bangsa dan negara, menurut Agun, yang juga politisi Partai Golkar, baik pada tataran hukum, ekonomi, dan politik terjebak pada suatu situasi yang tidak bisa dituntaskan.

Dalam kondisi seperti itu, katanya, etika tidak akan terbangun dengan baik. Di sini lain, elemen masyarakat terjebak dalam pro dan kontra antara benar dan salah dalam menyikapi satu persoalan.

"Kita sendiri hari ini terjebak kepada pro dan kontra antara yang benar dengan yang salah dan membiarkan larut diri, terbawa, terdorong oleh opini, yang kadang opini itu menyesatkan, yang kadang-kadang juga membenarkan, tapi tidak ada opini itu yang ajeg menjadi sebuah kepastian," kata Agun. [ian]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA