Ada riwayat mengatakan pembesar itu seÂorang pejabat setingkat Menteri di bidang perÂtanian, perekonomian, dan perdagangan. DaÂlam tafsir al-Kasysyaf karya al-Zamakhsyari disebutkan pejabat itu bernama Qithfir atau Ithfir. Sedangkan istrinya popular disebut ZulaiÂkha, ada yang menyebutnya Ra'il binti RamayÂil. Dalam kitab-kitab Tafsir, umumnya hanya disebutkan Istri Pembesar (Imra'ah al-'Aziz). Negeri asal pejabat itu disebutkan di Mesir. Kota pastinya tidak dijelaskan karena Mesir di zaman purba terdiri atas beberapa kota.
Ceritanya berawal ketika Nabi Yusuf dibuang ke sumur oleh saudara-saudaranya yang dibaÂkar oleh api cemburu. Sebagai anak bungsu, Nabi Yusuf banyak mendapatkan perhaÂtian khusus dari ayahnya yang tak lain adalah Nabi Ya’qub AS. Setelah mereka menyangka adiknya meninggal di kedalaman sumur, keeÂsokan harinya datanglah serombongan kafilah mampir mengambil perbekalan air di sumur itu. Alangkah kagetnya setelah ada sesuatu yang berpegang terhadap tali timbanya yang tak lain adalah seorang remaja tampan bernama Yusuf. Rombongan kafilah itu membawa serta anak ini ke Mesir dengan harapan bisa dijual kepada masyarakat yang tertarik kepadanya. Alhasil, Yusuf dibeli oleh keluarga pembesar. Sekian lama ia bekerja di rumah itu dengan menunjukÂkan keistimewaan perilaku di samping ketamÂpanan yang dimilikinya. Cerita ini dikisahkan Panjang lebar dalam Q.S. Yusuf (12).
Kesan semula dari keluarga pembesar yang mebelinya: Yusuf sangat tampan dan menyimÂpan rahasia yang mengesankan sebagaimana disebutkan dalam ayat: Dan orang Mesir yang membelinya berkata kepada istrinya: "BeriÂkanlah kepadanya tempat (dan layanan) yang baik, boleh jadi dia bermanfaat kepada kita atau kita pungut dia sebagai anak." Dan deÂmikian pulalah Kami memberikan kedudukan yang baik kepada Yusuf di muka bumi (Mesir), dan agar Kami ajarkan kepadanya takbir mimÂpi. Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahuÂinya. (Q.S. Yusuf/12:21). Ayat ini menjelaskan ketertarikan pejabat yang memungutnya kepaÂda Nabi Yusuf dan memprediksi akan menjadi orang penting pada saatnya.
Hari demi hari Nabi Yusuf menjalani kehiduÂpannya di lingkungan keluarga elit. Tentu saja dari segi kesejahteraan tidak ada masalah. Apalagi Nabi Yusuf sejak awal menunjukkan tanda-tanda kecerdasannya. Wajar saja kalau keluarga pembesar itu menganggapnya sebaÂgai bagian dari keluarga atau dianggapnya seÂbagai anak.
Apa yang ditampilkan Nabi Yusuf di ruÂmah pembesar itu mengingatkan kita denÂgan apa yang pernah ditampilkan Nabi Musa ketika diangkat sebagai pekerja dirumahnya Nabi Syu'aib. Ia juga dikesankan sangat cerÂdas dan terampil sebagaimana diabadikan puÂjian itu dalam ayat: Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia seÂbagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya." (Q.S. al-Qashash/28:26). Ketertarikan putri Nabi Syu'aib itu berujung dengan perkawinan.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.