Selamat Idul Fitri
Selamat Idul Fitri Mobile
Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Peringati HUT RI, Perpustakaan MPR Bedah Buku Bung Hatta

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/'></a>
LAPORAN:
  • Rabu, 15 Agustus 2018, 17:58 WIB
Peringati HUT RI, Perpustakaan MPR Bedah Buku Bung Hatta
Bedah buku Bung Hatta/MPR RI
rmol news logo Memperingati HUT ke-73 Republik Indonesia, perpustakaan MPR menggelar Bicara Buku Bersama Wakil Rakyat untuk membedah buku karya Mohammad Hatta yang berjudul Sekitar Proklamasi.

Bedah buku yang digelar di Ruang Presentasi Perpustakaan MPR, Komplek Parlemen, Jakarta, Rabu (15/8) menghadirkan narasumber anggota MPR Fraksi Partai Golkar Hetifah Sjaifudian, sejarawan Univeristas Indonesia M Sodikin, dan pengamat buku Arif Pradono.

Sodikin menjelaskan, buku karya wakil presiden pertama Indonesia itu sebagai upaya meluruskan sejarah menjelang Indonesia merdeka. Diakui, banyak penulis buku sejarah membumbui fakta dengan dongeng sehingga membuat kejadian yang ada menjadi dramatis.

Dia mengatakan, sebagai pelaku sejarah, Hatta menulis kejadian yang ada secara objektif sehingga kejadian itu tidak sedramatis yang dibayangkan orang.

"Dari buku ini Hatta meluruskan sejarah yang tak sesuai dengan kenyataan," ujar Sodikin.

Menurut Sodikin, menjelang Indonesia merdeka, Hatta merupakan satu dari lima aktor intelektual. Di BPUPKI dan PPKI, Hatta terlibat langsung dalam proses perjalanan bangsa.

"Ia mempunyai pandangan dan gagasan ke depan tentang sebuah bangsa," katanya.

Arif Pradono dalam kesempatan itu menyebut buku karya Hatta tidak mengedepankan anak muda sebagai penggerak terlaksananya proklamasi kemerdekaan. Dia membandingkan dengan buku karya Adam Malik yang menyebut anak muda sebagai penggerak kemerdekaan.

Pradono mengakui kalau dalam setiap perubahan yang terjadi di muka bumi, anak mudalah sebagai agen perubahan. Dia menyebut Gajah Mada, Jenderal Sudirman, aktivis 66, aktivis 98 adalah tokoh-tokoh perubahan, di mana kala itu mereka masih tergolong muda. Perbedaan Hatta dan Adam Malik bisa jadi mereka dalam posisi yang berbeda, Adam Malik sebagai bagian dari anak muda sedangkan Hatta dari kelompok yang disebut kaum tua.

Hetifah menambahkan bahwa siapa saja bisa menjadi pelaku sejarah. Setiap generasi disebut memiliki sejarah tersendiri.

"Kita menjadi pelaku sejarah di keluarga atau kampus," ujarnya.

Sebagai anggota DPR dan MPR, Hetifah mengakui merupakan bagian dari sejarah politik di parlemen.
"Diharapkan dari sejarah yang ada kita bisa memaknai peristiwa. Yang bagus kita lanjutkan," katanya.

Lanjutnya, dalam penulisan sejarah yang dibumbui dongeng dan legenda memang ada unsur seperti itu agar yang tampak di publik menguntungkan.

"Sejarah yang tak terlepas dari dunia politik memang ada unsur kepentingan yang ada," tutur Hetifah.

Sebagaimana banyak cerita lokal yang hidup di masyarakat penuh dengan dongeng dan legenda.  harapnya. Meski demikian, dia menyarankan peristiwa sejarah di Indonesia diproteksi agar tidak ditulis oleh orang asing.
 
"Hal demikian juga perlu digali," imbuh Hetifah.

Kabiro Humas Setjen MPR Siti Fauziah dalam sambutannya mengatakan bedah buku karya Bung Hatta sangat tepat sebab bertepatan dengan momentum HUT RI.

"Apalagi buku yang dibedah adalah karya Mohammad Hatta, jadi sumbernya otentik. Jadi, kita tahu sumber peristiwa langsung dari pelaku sejarah," tambahnya. [wah]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA