Al-Qur'an juga tidak mentolerir pemaksaan kehendak dalam mencapai tujuan, khususÂnya pemaksaan kehendak keagamaan terÂhadap orang lain: Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. (Q.S. al-Baqarah/2:256). RasuÂlullah hanya ditugasi menyampaikan da'wah dengan bijaksana, tidak untuk memaksa orang lain mengikuti ajaran agamanya. Kita tentu berharap agar berbagai pihak tidak terÂlalu jauh menyeret ayat-ayat Al-Qur'an untuk melegitimasi pola prilaku yang justru tidak sejalan dengan tujuan utama (maqashid al- 'ammah) Al-Qur'an itu sendiri. Urusan keyaÂkinan adalah urusan Allah Swt: SesungguhÂnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikeÂhendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk. (Q.S. al-Qashahsh/28: 56).
Al-Qur'an lebih mengedepankan persatuan dan kesatuan serta kebersamaan ketimbang perbedaan, apalagi permusuhan: Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepaÂda suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu." (Q.S. Ali "Imran/3: 64). Isyarat ayat ini senada denÂgan rumusan yang telah dirumuskan oleh the founding father bangsa kita: Bhinneka TungÂgal Ika, bercerai berai tetapi tetap satu, kareÂna adanya common platform yang sama, yaitu kepentingan untuk menjadi sebuah bangsa yang ideal, baldatun thayyibah wa Rabbun gafur (negri yang indah penuh ampunan TuÂhan).
Al-Qur'an menekankan perlunya kita berÂsikap kritis terhadap berbagai informasi yang diperoleh: Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membaÂwa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengeÂtahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. (Q.S. al- Hujurat/49: 6). Al-Qur'an juga mewanti-wanÂti kita untuk tidak menjadi sumber kericuhan atau profokator di dalam masyarakat: Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyaÂkan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing seÂbahagian yang lain. (Q.S. al-Hujurat/49:12).
Menghindari perpecahan di dalam masyarakat dengan menghindari berbagai sifat-sifat yang tidak terpuji, seperti di dalam firman Allah: Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungÂguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. (Q.S. al-Hujurat (49): 12). Menekankan substansi persatuan di dalam masyarakat, bukannya menonjolkan perbedaan, seperti dalam firÂman Allah: Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, mariÂlah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetaÂpan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu." (Q.S. Ali 'Imran (3): 64). KesembiÂlan prinsip dasar ini merupakan modal utama Rasulullah di dalam menyelesaikan berbaÂgai konflik dan tantangan yang dihadapinya. Kita pun harus yakin bahwa dengan resep yang ampuh ini maka persoalah pluralitas masyarakat dapat di atasi dengan baik.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.