Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Demi Kedaulatan, Ketua MPR Ajak Mahasiswa Indonesia Bersatu

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/'></a>
LAPORAN:
  • Selasa, 24 Juli 2018, 03:33 WIB
Demi Kedaulatan, Ketua MPR Ajak Mahasiswa Indonesia Bersatu
Zulhas/Net
rmol news logo Ketua MPR Zulkifli Hasan mengajak para mahasiswa seluruh Indonesia untuk bersatu. Sebab, hanya dengan bersatu, Indonesia mampu mewujudkan kedaulatan, keadilan, dan kemakmuran.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Ajakan itu disampaikan Zulhas, sapaan akrab Zulkifli, saat berpidato di Pembukaan KKN Kebangsaan 2018, di Bandar Lampung, kemarin. Acara ini dihadiri ribuan mahasiswa dari 55 perguruan tinggi seluruh Indonesia.

Di awal pidato, Zulhas mengutip pernyataan Soekarno dan alinea kedua Pembukaan UUD 1945. Dia menegaskan, keadilan dan kemakmuran baru dapat dicapai setelah bangsa ini merdeka, bersatu, dan berdaulat. Jadi, persatuannya sangat penting.

“Bung Karno tegas mengatakan kita harus merdeka dan bersatu. Agar kita berdaulat. Setelah berdaulat, baru kita bisa berlaku adil, lalu baru bisa sejahtera," paparnya.

Sampai saat ini, Zulhas merasa anak bangsa kurang bersatu. Alhasil, Indonesia belum bisa berdaulat. Banyak kebutuhan pangan yang masih harus diimpor dari negara lain.

Untuk merebut kedaulatan itu, Zulhas menekankan pentingnya peran pemuda. Terlebih, dalam perjalanan sejarah bangsa, pemuda selalu menjadi penggerak perubahan. Mulai dari Kebangkitan Nasional pada 1908, Sumpah Pemuda pada 1928, Proklamasi Kemerdekaan pada 1945, sampai Reformasi pada 1998.

“Perubahan di republik ini tidak lepas dari pemuda dan mahasiswa," imbuhnya.

Makanya, dia ingin para pemuda dan mahasiswa bersatu. Demokrasi yang saat ini berjalan harus mampu melahirkan kedaulatan, keadilan, dan kesejahteraan bagi masyarakat. Bukan malah kegaduhan, seperti yang terjadi akhir-akhir ini. Termasuk kegaduhan yang berkaitan dengan isu-isu berbau suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).

Ketua Umum PAN ini kemudian menegaskan bahwa Indonesia adalah negara kesepakatan. Bukan negara kelompok atau golongan.

“Nenek kita dulu berjuang tidak pernah bertanya, hai kamu agamanya apa. Kalau sekarang ribut-ribut masalah agama, kita mundur lebih dari 72 tahun yang lalu,” tegasnya. [ian]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA