Warteg dipastikan akan semakin banyak yang gulung tikar bila pajak untuk warteg diterapkan.
"Padahal dulu, ketika krisis ekonomi di mana harga sembako naik 300 persen, para pedagang warteg tetap bisa menyumbang bagi warga Jakarta dengan tetap menyediakan makanan murah," terang Arief.
Arief mengungkapkan hal tersebut dalam acara Media Gathering dengan tema Hentikan Premanisme yang dilakukan oleh Negara, di kantor LBH Jakarta, Jakarta Pusat, Sabtu (4/2).
Dengan demikian, lanjut Arief, ketika pedagang warteg banyak yang tutup akibat tidak sanggup membayar kutipan Pajak Restoran, maka dampaknya akan meluas.
"Konsumen-konsumen kita kan kelas kecil. Buruh, petani, nelayan, mahasiswa dan lainnya akan kehilangan tempat makan yang murah dan terjangkau kantong mereka," demkian Arief.
Makanya, IKTB Jakarta, seperti juga LBH Jakarta, menolak kebijakan pajak untuk warteg tersebut. [zul]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: