Seperti dikutip SCMP, Jumat (13/9), IMF dalam laporannya menjelaskan adanya kesalahpahaman mengenai subsidi dan kebijakan industri China yang diduga banyak pihak telah membuat produk China lebih murah.
Menurut IMF, dugaan subsidi dan kebijakan industri China ini telah memicu ketimpangan perdagangan antara negara itu dengan para mitranya.
"Kekhawatiran bahwa ketidakseimbangan perdagangan antara Tiongkok dan Amerika Serikat diakibatkan oleh kebijakan industri yang mencerminkan pandangan yang (salah)," kata para ekonom IMF,
Pandangan tersebut muncul pada saat Washington, bersama dengan sekutu Baratnya, telah mengkritik kelebihan kapasitas industri dan mesin ekspor besar-besaran Beijing, yang mengakibatkan tarif pada produk buatan Tiongkok, termasuk kendaraan listrik (EV).
Ekonomi terbesar kedua di dunia ini sebelumnya memang telah mengalami peningkatan surplus perdagangan sejak pandemi Covid-19, terutama di industri kendaraan listrik dan sektor hijau lainnya. Beijing telah berupaya meningkatkan momentum ekonomi dan kemandirian teknologi melalui kekuatan produksi berkualitas baru.
Namun, pertumbuhan yang kuat ini telah memicu kekhawatiran AS serta Uni Eropa, yang kemudian menyalahkan Beijing karena mengekspor kelebihan kapasitas yang telah merusak keamanan nasional mereka dan menyingkirkan pemain domestik dari pasar mereka sendiri.
Atas persoalan ini, Washington telah menunda pengenaan tarifnya pada berbagai produk buatan China, sementara UE telah mengenakan tarif tambahan pada kendaraan listrik buatan China.
Kanada baru-baru ini juga mengumumkan rencana untuk mengenakan tarif pada kendaraan listrik, aluminium, dan baja buatan China mulai bulan depan, yang memicu adanya kritikan dari IMF.
BERITA TERKAIT: