PLTN Kashiwazaki Kariwa milikTEPCO di tepi pantai di Kashiwazaki, prefektur Niigata, Jepang (Foto: Reuters)
Lebih dari satu dekade setelah tragedi ledakan Fukushima, Jepang bersiap menghidupkan kembali Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) terbesar di dunia, Kashiwazaki-Kariwa.
Prefektur Niigata diperkirakan akan menyetujui keputusan untuk mengaktifkan kembali PLTN Kashiwazaki-Kariwa pada Senin, 21 Desember 2025.
Menjelang pemungutan suara di Majelis Prefektur Niigata, kelompok warga dan aktivis anti-nuklir menggelar aksi protes di depan gedung pemerintahan.
Mereka menolak rencana pengoperasian kembali reaktor yang dikelola Tokyo Electric Power Co. (TEPCO) tersebut.
“Kami tahu langsung risiko kecelakaan nuklir dan tidak bisa begitu saja mengabaikannya,” ujar Ayako Oga, 52 tahun, mantan pengungsi Fukushima yang kini menetap di Niigata, seperti dimuat
Reuters.
Ia mengaku masih mengalami gejala mirip stres pasca-trauma akibat tragedi 2011.
Kashiwazaki-Kariwa, yang terletak sekitar 220 kilometer di barat laut Tokyo, merupakan kompleks PLTN terbesar di dunia. Reaktor tersebut ditutup setelah gempa dan tsunami 2011 memicu kecelakaan fatal di PLTN Fukushima Daiichi.
Sejak itu, Jepang baru kembali mengoperasikan 14 dari 33 reaktor yang masih berfungsi.
Juru bicara TEPCO Masakatsu Takata menegaskan perusahaan berkomitmen menjaga keamanan operasional.
“Kami tetap berkomitmen penuh untuk tidak pernah mengulang kecelakaan seperti itu dan memastikan warga Niigata tidak mengalami hal serupa,” ujarnya.
Meski pemerintah daerah mulai memberi persetujuan, ketidakpercayaan publik masih kuat. Survei resmi pada Oktober menunjukkan 60 persen warga menilai syarat restart belum terpenuhi, sementara hampir 70 persen masih khawatir TEPCO mengoperasikan reaktor tersebut.
Gubernur Niigata Hideyo Hanazumi, yang telah menyatakan dukungan bulan lalu, berharap Jepang suatu hari bisa mengurangi ketergantungan pada nuklir.
“Saya ingin melihat era di mana kita tidak harus bergantung pada sumber energi yang menyebabkan kecemasan,” katanya.
Apabila disetujui, reaktor pertama direncanakan mulai diaktifkan per 20 Januari. Kementerian Perdagangan Jepang memperkirakan pengoperasian satu unit saja dapat meningkatkan pasokan listrik ke wilayah Tokyo hingga 2 persen.
Perdana Menteri Sanae Takaichi mendukung percepatan pengaktifan untuk memperkuat ketahanan energi dan menekan biaya impor bahan bakar fosil, yang masih menyumbang 60-70 persen kebutuhan listrik nasional. Tahun lalu saja, Jepang menghabiskan 10,7 triliun yen untuk impor gas alam cair dan batu bara.