Berita

Suasana kerusakan akibat banjir bandang di pemukiman rumah warga di wilayah Kota Padang, Sumatera Barat (Foto: Humas BNPB).

Politik

Pemulihan Dampak Bencana Diperlukan Komando yang Jelas dari Pusat

SENIN, 15 DESEMBER 2025 | 13:21 WIB | LAPORAN: AHMAD ALFIAN

Pemerintah Aceh resmi melayangkan surat kepada dua lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yakni United Nations Development Programme (UNDP) dan United Nations Children’s Fund (UNICEF), terkait permintaan bantuan penanganan bencana pascabanjir dan longsor yang melanda sejumlah wilayah di Aceh. 

Langkah ini ditempuh menyusul besarnya dampak bencana yang dirasakan masyarakat serta luasnya wilayah terdampak. Di tengah upaya tersebut, penanganan darurat terus dilakukan dengan melibatkan berbagai elemen. 

Hingga saat ini, tercatat sebanyak 77 lembaga bersama 1.960 relawan telah terjun membantu penanganan bencana di Aceh. Keterlibatan itu datang dari lembaga swadaya masyarakat dan organisasi kemanusiaan, baik lokal, nasional, maupun internasional. Jumlah relawan dan lembaga pendukung diperkirakan masih akan terus bertambah seiring kebutuhan di lapangan.


Anggota DPR RI Mardani Ali Sera menilai bencana yang terjadi di Aceh, serta di wilayah Sumatera Utara dan Sumatera Barat, merupakan musibah kemanusiaan yang luar biasa dan tidak bisa dilihat sekadar sebagai deretan angka statistik. 

“Bencana ini luar biasa. Ini bukan angka. Ini kemanusiaan. Warga Aceh, juga Sumut dan Sumbar, tak boleh putus harapan bahwa negara hadir,” ujar Mardani lewat akun X miliknya, Senin, 15 Desember 2025.

Ia menekankan, kehadiran negara harus diwujudkan melalui kebijakan yang tegas dan terukur, mulai dari penanganan darurat hingga rekonstruksi pascabencana. Mardani menilai diperlukan komando yang jelas, program rekonstruksi yang terarah, serta dukungan anggaran yang memadai agar pemulihan dapat berjalan efektif.

“Dengan kebijakan yang jelas, komando yang jelas, program rekonstruksi yang jelas hingga anggaran yang jelas. Kuncinya satu: keputusan politik dari pimpinan tertinggi. Dan kita tidak punya banyak waktu tersisa,” tegasnya.

Langkah Pemerintah Aceh yang menggandeng lembaga internasional diharapkan dapat mempercepat penanganan dan pemulihan, sekaligus memastikan keselamatan serta masa depan masyarakat terdampak bencana tetap menjadi prioritas utama.

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Aliran Bantuan ke Aceh

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:08

Korban Bencana di Jabar Lebih Butuh Perhatian Dedi Mulyadi

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:44

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

UPDATE

UNJ Gelar Diskusi dan Galang Donasi Kemanusiaan untuk Sumatera

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:10

Skandal Sertifikasi K3: KPK Panggil Irjen Kemnaker, Total Aliran Dana Rp81 Miliar

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:04

KPU Raih Lembaga Terinformatif dari Komisi Informasi

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:41

Dipimpin Ferry Juliantono, Kemenkop Masuk 10 Besar Badan Publik Informatif

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:13

KPK Janji Usut Anggota Komisi XI DPR Lain dalam Kasus Dana CSR BI-OJK

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:12

Harga Minyak Turun Dipicu Melemahnya Data Ekonomi China

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:03

Kritik “Wisata Bencana”, Prabowo Tak Ingin Menteri Kabinet Cuma Gemar Bersolek

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:56

Din Syamsuddin Dorong UMJ jadi Universitas Kelas Dunia di Usia 70 Tahun

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:54

Tentang Natal Bersama, Wamenag Ingatkan Itu Perayaan Umat Kristiani Kemenag Bukan Lintas Agama

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:46

Dolar AS Melemah di Tengah Pekan Krusial Bank Sentral

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:33

Selengkapnya