PM Bulgaria Rosen Zhelyazkov. (Foto: Reuters/Stoyan Nenov)
KITA tinggalkan sebentar persoalan negeri ini, sebentar saja. Kita terbang ke negara Eropa, Bulgaria. Di negeri ini Gen Z sukses melengserkan Perdana Menteri Rosen Zhelyazkov.
Jangan pernah remehkan Gen Z. Serius. Generasi yang sering dibilang manja, fragile, dan kerjaannya cuma main handphone ini ternyata punya tenaga sosial selevel gempa megathrust.
Mereka bisa terlihat tenang seperti laguna di pagi hari, tapi begitu ketidakadilan lewat sedikit saja, mereka langsung berubah jadi topan super yang bikin negara goyah.
Di Bulgaria, badai itu meledak dengan keindahan kacau yang dramatis.
Kamis 11 Desember 2025. Hari ketika Perdana Menteri Rosen Zhelyazkov berdiri di Parlemen, wajahnya seperti mercusuar tua yang sadar lampunya tak lagi mampu menembus ombak.
Di luar, gelombang demonstrasi Gen Z sudah mengaum seperti tsunami yang baru diberitahu, garis pantai itu korup.
Akhirnya, dengan suara yang lebih berat dari barbel politik bertahun-tahun, ia mengumumkan pengunduran diri. Pemerintahan Bulgaria runtuh seketika. Patah seperti tebing rapuh yang dihantam ombak generasi yang kalau marah bisa bikin trending satu Eropa.
Ini bukan sekadar lengser. Ini kemenangan politik pertama Gen Z di Eropa. Kemenangan yang bergaung ke Bangladesh, Nepal, Kenya, Madagaskar -- daerah-daerah yang sudah lebih dulu merasakan dentuman anak muda yang bergerak seperti rangkaian letusan gunung berapi yang saling menyahut.
Akar masalahnya klasik. Korupsi yang sudah mengakar begitu dalam. Balkan tumbuh dari uang negara. Transparency International sudah bertahun-tahun menobatkan Bulgaria sebagai salah satu negara paling korup di Uni Eropa.
Namun para elite politik di sana tampaknya menganggap reputasi itu seperti piagam keanggotaan klub eksklusif. Kegagalan menjatuhkan vonis korupsi tingkat tinggi selama bertahun-tahun membuat publik muak. Tapi Gen Z? Bukan sekadar muak, mereka meletup.
Puncaknya, Rabu malam, 10 Desember 2025. Sofia berubah jadi samudera badai. Puluhan ribu Gen Z turun ke jalan, poster berkibaran seperti sirene peringatan bencana alam.
“Gen Z Akan Datang” dan “Gen Z vs Korupsi”.
semua dimobilisasi oleh TikTok. Ya, TikTok. Aplikasi yang lebih sering dipakai untuk tarian tidak penting, kini jadi pusat komando revolusi.
Zhelyazkov, dalam detik penuh tekanan itu, akhirnya tunduk. Ia mengutip
Vox populi, vox dei, suara rakyat adalah suara Tuhan. Di telinga Gen Z, terjemahannya sederhana, “Oke guys, gue cabut. GGWP.”
Mundurnya PM itu juga menandai bubarnya kabinet pro-Uni Eropa yang baru bekerja sejak Januari. Umur pemerintahan lebih pendek mirip percintaan seleb TikTok.
Semua ini terjadi hanya beberapa minggu sebelum Bulgaria resmi pakai Euro pada 1 Januari. Negara ini sedang dalam fase ganti uang sambil ganti pemerintahan, kombinasi badai tropis dan gempa tektonik.
Belum selesai. Dalam empat tahun terakhir, Bulgaria sudah tujuh kali adakan pemilu. Negara ini seperti hidup di atas patahan aktif yang gemar goyang kecil setiap beberapa bulan.
Sekarang, dengan lengsernya Zhelyazkov, getaran itu makin menjadi. Presiden Rumen Radev, tokoh paling populer, diprediksi bakal memanfaatkan kesempatan dan mungkin membentuk partai baru. Semacam “Partai Anti Gempa Politik Eropa Timur.”
Di tengah kekacauan itu, satu hal pasti, Gen Z bukan cuma generasi meme dan skincare. Mereka badai sosial, letusan moral, tsunami kesadaran publik. Ketika mereka bergerak, negara bisa tumbang. Ketika mereka marah, pemerintah bisa lenyap.
Di akhir kisah epik ini, kita hanya bisa menghela napas sambil melihat ke tanah air tercinta, tempat di mana korupsi tak memicu badai, tak memanggil tsunami, tak menghadirkan gempa.
Di sini, korupsi sudah jadi budaya, jadi local wisdom, jadi bumbu penyedap kehidupan sehari-hari. Adem ayem. Damai sentosa.
Semua bahagia, semua tertawa, semua membiarkan gempa moral lewat begitu saja tanpa menggoyang apa pun.
Rosadi JamaniKetua Satupena Kalbar