Menteri Agama Nasaruddin Umar (Foto: Kemenag)
Di tengah duka mendalam atas bencana banjir bandang yang melanda Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatera Barat, Kementerian Agama (Kemenag) bergerak cepat membawa pesan harapan dan bantuan nyata.
Menteri Agama Nasaruddin Umar menegaskan bahwa respons kemanusiaan adalah prioritas utama, didukung seruan moral tentang pentingnya menjaga alam.
Menag Nasaruddin Umar mengungkapkan keprihatinan mendalam atas dampak bencana yang masif tersebut. Dalam waktu singkat, Kemenag berkolaborasi dengan lembaga-lembaga keagamaan besar seperti Baznas, Poroz, FOZ, dan pihak lain.
“Kami sangat prihatin. Dalam waktu sangat singkat, kami berhasil menghimpun sekitar Rp155 miliar. Dana ini akan segera digunakan untuk kebutuhan mendesak para penyintas,” ujar Menag Nasaruddin Umar, di Jakarta, dikutip Selasa 2 Desember 2025.
Kecepatan respons Kemenag didukung oleh jaringannya yang terperinci hingga ke akar rumput. Berkat jejaring Kantor Urusan Agama (KUA), majelis taklim, imam masjid, dan unit lintas agama, laporan kondisi lapangan dapat terintegrasi ke pusat secara real time.
Selain bantuan materi, Menag menegaskan fokus tidak hanya pada pemulihan fisik, tetapi juga pemulihan psikologis dan semangat masyarakat. Kebijakan khusus pun disiapkan bagi madrasah dan lembaga pendidikan keagamaan yang rusak parah, agar musibah tidak menambah beban baru bagi mereka.
Lebih dari sekadar respons bencana, Menag Nasaruddin Umar menjadikan momen ini sebagai seruan moral yang mendalam kepada seluruh elemen bangsa. Ia mengajak media untuk menyuarakan pesan ekoteologi sebagai landasan moral dalam menghadapi tantangan lingkungan.
Menag menegaskan bahwa tantangan terbesar bangsa saat ini adalah kerusakan alam yang diakibatkan oleh perilaku manusia. Isu Ekoteologi, yaitu kesadaran ekologis berbasis nilai-nilai keagamaan, dinilai sangat relevan dan mendesak.
“Bahasa agama sangat efektif untuk menyadarkan masyarakat betapa pentingnya bersahabat dengan lingkungan. Merusak alam adalah dosa, dan memperbaiki alam adalah amal pahala,” tegasnya.
Menag berharap kesadaran ekologis ini dapat bertransformasi menjadi gerakan bersama seluruh elemen bangsa. Ia menutup dengan apresiasi tinggi kepada media dan Humas Kemenag atas "jihad" mereka dalam menyebarkan informasi konstruktif dan membangun optimisme publik, sekaligus menjaga keharmonisan kebangsaan.