Berita

Ilustrrasi (Foto: Artificial Intelligence)

Bisnis

Surplus Dagang RI Diprediksi Menyusut

SABTU, 01 NOVEMBER 2025 | 12:40 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Menjelang rilis data Neraca Perdagangan September 2025 oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada 3 November 2025 mendatang, Permata Bank melalui Departemen Riset Makroekonomi dan Pasar Keuangan, memproyeksikan bahwa surplus neraca perdagangan pada priode tersebut akan berkurang. 

Department Head of Macroeconomic and Financial Market Research Permata Bank Faisal Rachman mengungkapkan pengurangan tersebut  karena kinerja ekspor yang melambat dan pemulihan aktivitas impor. 

Angka surplus diperkirakan turun menjadi 3,19 miliar Dolar AS, jauh lebih rendah dibandingkan capaian Agustus 2025 yang sebesar 5,49 miliar Dolar AS.


“Meskipun demikian, hal ini akan menandai surplus perdagangan Indonesia selama 65 bulan berturut-turut,” kata Faisal, dikutip redaksi di Jakarta, Sabtu 1 November 2025. 

Faisal memperkirakan ekspor Indonesia akan tumbuh 7,72 persen secara tahunan (yoy) pada September 2025, dari sebelumnya yang tumbuh 5,78 persen pada Agustus 2025. Ekspor dari industri hilir, khususnya besi dan baja, akan tetap menjadi pendorong utama kinerja ekspor. Kenaikan harga CPO juga diperkirakan memberikan dukungan tambahan bagi kinerja ekspor.

Sementara itu, impor diproyeksikan meningkat 9,28 persen yoy pada September 2025, setelah bulan sebelumnya turun 6,56 persen yoy. Peningkatan terutama disebabkan oleh penguatan kinerja manufaktur domestik, sebagaimana tercermin dari PMI Manufaktur Indonesia yang kembali berada di zona ekspansi atau di atas 50 selama Agustus-September 2025.

Adapun defisit transaksi berjalan diperkirakan melebar pada paruh kedua 2025, meski dampaknya diperkirakan tetap terkendali, seiring dengan perang dagang yang masih berlangsung dan agenda pemerintah untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi domestik.

Untuk sepanjang tahun, Faisal memproyeksikan defisit transaksi berjalan melebar secara moderat menjadi 0,81 persen dari PDB, dari sebelumnya 0,62 persen pada 2024. Meskipun melebar, menurutnya, defisit transaksi berjalan dinilai masih dalam kisaran yang terkendali dan memungkinkan Bank Indonesia (BI) melanjutkan pelonggaran kebijakan moneter.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Tragedi Nasional dari Sumatra dan Suara yang Terlambat Kita Dengarkan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:44

Produktivitas Masih di Bawah ASEAN, Pemerintah Susun Langkah Percepatan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:41

Lewat Pantun Cak Imin Serukan Perbaiki Alam Bukan Cari Keributan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:38

Bank Mandiri Sabet 5 Penghargaan BI

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:27

Liga Muslim Dunia Siap Lobi MBS untuk Permudah Pembangunan Kampung Haji Indonesia

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:18

Banjir Rob di Pesisir Jakarta Berangsur Surut

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:13

RI–Timor Leste Sepakat Majukan Koperasi

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:08

Revisi UU Cipta Kerja Mendesak di Tengah Kerusakan Hutan Sumatera

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:57

Bahlil Telusuri Dugaan Keterkaitan Tambang Martabe dengan Banjir Sumut

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:48

BI: Cadangan Devisa RI Rp2.499 Triliun per Akhir November 2025

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:39

Selengkapnya