Berita

Presiden ke-7 Joko Widodo (Foto: Antara)

Politik

Alasan Jokowi Bangun Whoosh: Jabodetabek dan Bandung Macet Parah

SENIN, 27 OKTOBER 2025 | 20:03 WIB | LAPORAN: HANI FATUNNISA

Mantan Presiden Joko Widodo akhirnya angkat bicara terkait polemik dugaan mark-up proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung (Whoosh) yang kini diselidiki KPK.

Ia menyebut pembangunan Whoosh sebagai langkah strategis untuk mengatasi kemacetan parah di Jabodetabek dan Bandung, bukan proyek yang hanya berorientasi pada keuntungan ekonomi.

“Bandung juga kemacetannya parah. Dari kemacetan itu, negara rugi secara hitung-hitungan, kalau di Jakarta saja kira-kira Rp65 triliun per tahun, kalau Jabodetabek plus Bandung kira-kira di atas Rp100 triliun per tahun,” ujar Jokowi dalam pernyataannya, Senin, 27 Oktober 2025.


Ia menegaskan bahwa pembangunan transportasi massal sejatinya tidak boleh dipandang sebagai proyek komersial semata yang mengejar keuntungan finansial, melainkan sebagai investasi sosial jangka panjang bagi kesejahteraan masyarakat.

“Transportasi umum tidak diukur dari laba, tetapi dari keuntungan sosial — seperti pengurangan emisi karbon, peningkatan produktivitas, dan waktu tempuh yang lebih cepat,” tegas Jokowi.

Menurutnya, pemberian subsidi terhadap moda transportasi publik seharusnya dipandang sebagai bentuk investasi sosial, bukan kerugian negara.

“Jadi sekali lagi, kalau ada subsidi, itu adalah investasi, bukan kerugian,” ujarnya menegaskan.

Berdasarkan laporan TomTom Traffic Index 2024, tingkat kemacetan di Bandung memang tergolong ekstrem. Kota ini menjadi satu-satunya kota di Indonesia yang masuk dalam 12 besar kota termacet dunia, mengalahkan Jakarta yang kini berada di peringkat global ke-90. 

Di sisi lain, proyek Whoosh kini tengah menjadi sorotan publik setelah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melakukan penyelidikan terkait dugaan mark-up anggaran. 

Mantan Menko Polhukam Mahfud MD sebelumnya menyebut, biaya pembangunan per kilometer kereta cepat di Indonesia mencapai 52 juta dolar AS, jauh di atas biaya di Tiongkok yang hanya sekitar 17-18 juta dolar AS.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Usut Tuntas Bandara Ilegal di Morowali yang Beroperasi Sejak Era Jokowi

Senin, 24 November 2025 | 17:20

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

UPDATE

Duka Banjir di Sumatera Bercampur Amarah

Jumat, 05 Desember 2025 | 06:04

DKI Rumuskan UMP 2026 Berkeadilan

Jumat, 05 Desember 2025 | 06:00

PIER Proyeksikan Ekonomi RI Lebih Kuat pada 2026

Jumat, 05 Desember 2025 | 05:33

Pesawat Perintis Bawa BBM

Jumat, 05 Desember 2025 | 05:02

Kemenhut Cek Kayu Gelondongan Banjir Sumatera Pakai AIKO

Jumat, 05 Desember 2025 | 05:00

Pemulihan UMKM Terdampak Bencana segera Diputuskan

Jumat, 05 Desember 2025 | 04:35

Kaji Ulang Status 1.038 Pelaku Demo Ricuh Agustus

Jumat, 05 Desember 2025 | 04:28

Update Korban Banjir Sumatera: 836 Orang Meninggal, 509 Orang Hilang

Jumat, 05 Desember 2025 | 04:03

KPK Pansos dalam Prahara PBNU

Jumat, 05 Desember 2025 | 03:17

Polri Kerahkan Kapal Wisanggeni 8005 ke Aceh

Jumat, 05 Desember 2025 | 03:03

Selengkapnya