Berita

Konferensi pers AHY Run yang digelar Partai Demokrat Jawa Barat, Bandung, Selasa 21 Oktober 2025. Panitia memastikan kegiatan akan diikuti 6.000 peserta. (Foto: Pikiranrakyat.com)

Publika

AHY Run dan Kebangkitan Politik di Tengah Kemajuan Teknologi

MINGGU, 26 OKTOBER 2025 | 03:25 WIB

LONJAKAN hingga 6.000 peserta dalam gelaran AHY Run di Kota Bandung mesti dilihat lebih dari sekedar antusiasme olahraga. Fenomena ini merefleksikan transformasi cara partai politik menjalin kedekatan dengan publik di era demokrasi matang yg tidak hanya mengandalkan ceramah, panggung dan baliho, tetapi membangun kedekatan emosional berbasis gaya hidup, kesehatan, dan ekonomi komunitas. Ini pendekatan yang sangat tepat untuk zaman di mana politik tidak lagi dilihat sebagai pidato, melainkan pengalaman membersamai dalam kegiatan yang guyub.

Di bawah kepemimpinan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Partai Demokrat mulai konsisten membangun politik partisipatif berbasis engagement, bukan sekedar kampanye. AHY paham bahwa generasi muda yang kini menjadi mayoritas demografis lebih tertarik dengan politik yang relevan, humanis, dan menyatu dengan aktivitas keseharian.

Bukan kebetulan jika AHY Run digelar bersamaan dengan momentum Hari Sumpah Pemuda. Karena esensi sumpah pemuda hari ini bukan hanya soal identitas kebangsaan, tetapi kesiapan membentuk peradaban baru Indonesia yang sehat, produktif, digital, dan kolaboratif. Ketika Demokrat menghadirkan acara lari yang bukan kompetisi atletik tetapi menjadi kegiatan komunitas hobi, lengkap dengan keterlibatan puluhan pelaku UMKM dan gerakan pangan murah, pesan yang disampaikan sangat jelas, bhwa politik harus terasa, dan bukan hanya terdengar.


Dalam konteks pemerintahan Presiden Prabowo, di mana AHY kini masuk ke dalam kabinet sebagai Menko, agenda besar negara sedang bergerak ke arah yang sangat menuntut kolaborasi inter-generasi. Bukan tentang siapa paling berkuasa, namun siapa yang paling bisa menggerakkan. 

AHY tampil tepat waktu dengan positioning sebagai jembatan antara kultur demokrasi era pendiri bangsa dan tuntutan globalisasi baru.

Globalisasi tidak lagi dimulai dari pusat kekuasaan, tetapi dari komunitas dan ekosistem. Karena itu AHY Run menjadi simbol penting politik yang turun ke kultur sehari-hari dengan pelibatan warga yang gembira, komunal, inklusif dengan substansi ekonomi (UMKM), kehadiran negara (Kapolda-Kodam), dan kepemimpinan inspiratif dengan kehadiran langsung AHY.

Sebagai bangsa yang sedang bersaing di era AI dan ekonomi percakapan digital, Indonesia butuh pemimpin yang tidak melulu administratif, tetapi membangkitkan semangat kolektif. AHY, melalui narasi dan gerakan seperti ini, telah membangun "political energy" baru yang tidak elitis, tidak menakutkan, tetapi relevan, aspiratif, dan penuh harapan.

Sinyal itu kini semakin terasa nyata. Politik tidak hanya melalui podium,  tetapi juga di ajang merakyat seperti AHY RUN ini.

Pada akhirnya, apa yang terjadi di Bandung bukan semata event olahraga tetapi indikasi bahwa Demokrat di bawah AHY menjadi babak baru politik yang relevan dan hidup. Bukti politik tidak hanya instruksi, tetapi juga partisipasi. Bukan hanya soal memenangkan pemilu, tetapi juga menghidupkan kembali optimisme bangsa.

Indonesia menuju 2030-an akan ditentukan oleh siapa yang mampu menyentuh denyut psikologi anak muda, menjadikan mereka bukan sebagai penonton semata, tetapi pemilik masa depan. Dan dalam konfigurasi pemerintahan Presiden Prabowo saat ini dimana AHY ikut berada di dalam arsitektur kepemimpinan nasional, arah Demokrat mulai kembali akan mengulangi kejayaan seperti dimasa Preaiden RI ke 6, Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) tampak jelas, menjadi penyambung energi rakyat, bukan semata pelengkap kabinet.

Jika konsistensi ini terjaga, maka skenario 2029 nanti adalah tentang siapa yang paling dipercaya publik untuk memimpin dengan sepenuh harapan. Dan tanda-tanda itu, perlahan, sedang muncul bukan dari ruang rapat, tetapi dari jalanan tempat publik bergerak dan merasa terlibat.

Demokrasi Indonesia sedang memasuki era baru. Dan AHY memilih memulainya dengan cara yang paling sederhana, namun paling kuat, "berlari bersama rakyat, bukan di depan mereka".

Rahmah Hasjim 
<>Mahasiswi Magister Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Tragedi Nasional dari Sumatra dan Suara yang Terlambat Kita Dengarkan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:44

Produktivitas Masih di Bawah ASEAN, Pemerintah Susun Langkah Percepatan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:41

Lewat Pantun Cak Imin Serukan Perbaiki Alam Bukan Cari Keributan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:38

Bank Mandiri Sabet 5 Penghargaan BI

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:27

Liga Muslim Dunia Siap Lobi MBS untuk Permudah Pembangunan Kampung Haji Indonesia

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:18

Banjir Rob di Pesisir Jakarta Berangsur Surut

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:13

RI–Timor Leste Sepakat Majukan Koperasi

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:08

Revisi UU Cipta Kerja Mendesak di Tengah Kerusakan Hutan Sumatera

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:57

Bahlil Telusuri Dugaan Keterkaitan Tambang Martabe dengan Banjir Sumut

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:48

BI: Cadangan Devisa RI Rp2.499 Triliun per Akhir November 2025

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:39

Selengkapnya