Berita

Ilustrasi (Foto: RMOL/Reni Erina)

Bisnis

BI: Uang Melimpah tapi Bunga Pinjaman Bank Belum Mau Turun

SABTU, 25 OKTOBER 2025 | 11:38 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Kebijakan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa yang melakukan manuver moneter dengan menyalurkan dana menganggur milik pemerintah yang tersimpan di Bank Indonesia (BI) senilai Rp 200 triliun ke lima bank besar milik negara pada pertengahan September 2025,  telah menunjukkan hasil 

Kini, satu bulan telah berlalu. Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo, mengonfirmasi bahwa tujuan awal Purbaya yang ingin mendorong peredaran uang dan memacu penyaluran kredit ke masyarakat lewat kebijakan tersebut, telah tercapai. Menurutnya, penempatan dana pemerintah ke perbankan, ditambah dengan kebijakan moneter BI yang memang longgar, langsung meningkatkan likuiditas. 

"Kebijakan moneter longgar dan penempatan dana SAL Pemerintah di perbankan, mendorong kenaikan jumlah uang beredar," kata Perry secara daring, dikutip Sabtu 25 Oktober 2025. 


Langkah ini membuat pertumbuhan uang primer atau uang yang langsung beredar melonjak hingga 18,58 persen pada September 2025 dibandingkan tahun sebelumnya, menunjukkan sistem perbankan kini memiliki lebih banyak amunisi.

Namun, di tengah banjirnya likuiditas, Perry menyampaikan nada peringatan. Meskipun bank memiliki banyak uang, keinginan bank untuk menyalurkan pinjaman atau kredit masih belum sesuai harapan pemerintah. Ia menyoroti lambatnya penurunan suku bunga kredit, yang menjadi hambatan utama.

"Suku bunga kredit masih relatif tinggi," tegas Perry. Pertumbuhan kredit hanya tercatat 7,70 persen pada September, sedikit di atas bulan sebelumnya. 

Meski BI sudah menurunkan suku bunga acuannya (BI-Rate) secara signifikan, suku bunga pinjaman bank hanya turun tipis, dari 9,20 persen menjadi 9,05 persen. Lambatnya penurunan ini, salah satunya, dipengaruhi oleh suku bunga deposito yang masih tinggi karena bank bersaing untuk nasabah penyimpan dana besar. Di sisi lain, Perry juga mencatat bahwa permintaan pinjaman dari pengusaha juga belum kuat karena mereka masih bersikap wait and see.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Tragedi Nasional dari Sumatra dan Suara yang Terlambat Kita Dengarkan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:44

Produktivitas Masih di Bawah ASEAN, Pemerintah Susun Langkah Percepatan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:41

Lewat Pantun Cak Imin Serukan Perbaiki Alam Bukan Cari Keributan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:38

Bank Mandiri Sabet 5 Penghargaan BI

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:27

Liga Muslim Dunia Siap Lobi MBS untuk Permudah Pembangunan Kampung Haji Indonesia

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:18

Banjir Rob di Pesisir Jakarta Berangsur Surut

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:13

RI–Timor Leste Sepakat Majukan Koperasi

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:08

Revisi UU Cipta Kerja Mendesak di Tengah Kerusakan Hutan Sumatera

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:57

Bahlil Telusuri Dugaan Keterkaitan Tambang Martabe dengan Banjir Sumut

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:48

BI: Cadangan Devisa RI Rp2.499 Triliun per Akhir November 2025

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:39

Selengkapnya