Berita

Anggota Komisi VI DPR RI, Imas Aan Ubudiah (Foto: Dok. Pribadi)

Politik

Komisi VI DPR Desak Pemerintah Cari Solusi Atasi Polemik Kereta Cepat

SABTU, 18 OKTOBER 2025 | 12:48 WIB | LAPORAN: FAISAL ARISTAMA

Pemerintah harus segera mengambil langkah konkret dan transparan untuk menyelesaikan polemik utang proyek kereta cepat Whoosh Jakarta–Bandung yang sebagian besar bersumber dari pinjaman China Development Bank (CDB).

Anggota Komisi VI DPR RI, Imas Aan Ubudiah, menilai dinamika yang melingkupi proyek strategis nasional tersebut kini mengarah pada situasi yang memprihatinkan. 

Pembengkakan biaya, ketidakjelasan skema pembayaran, serta munculnya perdebatan lintas lembaga terkait tanggung jawab keuangan disebutnya berpotensi mencoreng nama baik bangsa di mata dunia.


“Kereta cepat Whoosh sejatinya merupakan simbol kemajuan teknologi yang tidak dimiliki banyak negara. Namun di balik ikon itu, ada tanggung jawab besar yang dipertaruhkan, nama baik Indonesia dan kredibilitas ekonomi kita,” ujar Imas kepada wartawan di Jakarta, Sabtu, 18 Oktober 2025.

Menurut data publik, total biaya proyek kereta cepat membengkak dari estimasi awal sekitar 6,07 miliar Dolar AS  menjadi lebih dari 7,2 miliar Dolar AS dengan sebagian besar pembiayaan berasal dari pinjaman China Development Bank (CDB). Dari jumlah tersebut, porsi pinjaman mencapai sekitar4,5 miliar Dolar AS termasuk beban bunga yang kini tengah diajukan untuk restrukturisasi.

“Pemerintah harus memastikan restrukturisasi utang dengan pihak China berjalan transparan dan profesional. Jangan sampai publik hanya tahu hasil akhirnya tanpa memahami proses, nilai, dan konsekuensinya terhadap keuangan negara,” tegas Imas.

Rendahnya tingkat keterisian penumpang Whoosh yang jauh di bawah proyeksi awal juga menjadi sorotan.

Lebih jauh, Imas mengingatkan agar pemerintah belajar dari pengalaman sejumlah negara lain yang terjerat masalah pembiayaan infrastruktur dengan China. “Kita harus hati-hati. Banyak negara akhirnya terjebak dalam apa yang disebut debt trap diplomacy. Indonesia tidak boleh terperangkap dalam kedok investasi yang justru merugikan bangsa,” katanya.

Penyelesaian masalah Whoosh harus mengedepankan prinsip transparansi, akuntabilitas, dan profesionalisme. DPR, kata Imas, siap mendorong terbentuknya tim audit independen dan restrukturisasi resmimelalui Keputusan Presiden untuk memastikan seluruh proses berjalan sesuai tata kelola yang baik.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Gunting Pita Cegah Bencana

Minggu, 30 November 2025 | 03:18

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

UPDATE

GM FKPPI Bangun Rumah Huntara untuk Korban Bencana Sumbar

Minggu, 07 Desember 2025 | 18:05

Ahmadiyah Galang Dukungan untuk Sumatera

Minggu, 07 Desember 2025 | 17:50

Trauma Healing Polri

Minggu, 07 Desember 2025 | 17:20

Momen Prabowo Makan Ikan Tongkol di Posko Pengungsian Aceh

Minggu, 07 Desember 2025 | 17:15

Prabowo Siap Kirim Cadangan Pangan Hingga Perbaiki Bendungan Aceh

Minggu, 07 Desember 2025 | 16:57

Tetapkan Bencana Nasional Sumatera Tanpa Negosiasi!

Minggu, 07 Desember 2025 | 16:45

KBRI Kawal Pengusaha RI Buka Resto di Mesir

Minggu, 07 Desember 2025 | 16:22

Bahlil Lapor Prabowo, 97 Persen Listrik di Aceh Nyala Malam Ini

Minggu, 07 Desember 2025 | 15:42

KNPI Gaungkan Gotong Royong untuk Pemulihan Bencana

Minggu, 07 Desember 2025 | 15:40

Elite PBNU Kehilangan Legitimasi, Diperlukan Reformasi

Minggu, 07 Desember 2025 | 15:39

Selengkapnya