Berita

Presiden AS Donald Trump memberi isyarat di atas panggung pada 15 Mei 2025 di Doha, Qatar. (Foto: Win McNamee/Getty Images)

Publika

Ambisi Kontroversial Donald Trump Memenangkan Nobel Peace Prize

SELASA, 14 OKTOBER 2025 | 16:02 WIB | OLEH: ESKA DWIPAYANA PULUNGAN*

ALFRED Nobel orang terkaya di dunia pada masanya meninggal pada tahun 1896, jumlah kekayaannya mencapai 31,5 juta Krona Swedia. Jika dikonversikan ke kurs dolar hari ini berkisar US$300 juta. Nobel meninggalkan wasiat bahwa sekitar 90% kekayaannya akan diberikan kepada individu atau organisasi yang memberikan kontribusi luar biasa  di bidang fisika, kimia, kedokteran, sastra, perdamaian dan ilmu ekonomi. Kekayaan tersebut kemudian diberikan lewat Nobel Prize.

Saat ini Nobel Prize dianggap sebagai penghargaan paling bergengsi di dunia, karena mencerminkan pencapaian luar biasa individu atau organisasi dalam menghadapi kompleksitas perkembangan global. Pemenang Nobel Prize biasanya diumumkan pada tanggal 6-13 Oktober, lalu Nobel Prize diberikan kepada pemenang pada 10 Desember di setiap tahun.

Pemberian Nobel Prize di bidang fisika, kimia, kedokteran, sastra,dan ilmu ekonomi diberikan di Stockholm, sementara bidang perdamaian diberikan di Oslo. Individu atau organisasi yang memenangkan nobel prize akan memperoleh medali nobel, piagam nobel, dan uang tunai.


Dalam aturannya, kandidiat pemenang Nobel Prize dirahasiakan untuk menghindari pengaruh dan tekanan politik, tim penilai nantinya akan berdiskusi dengan lugas, intens dan kritis dalam menjajaki track record calon pemenang. Proses pemilihan pemenang semakin dirahasikan lagi untuk menghindari lobi atau kampanye menggayang dukungan publik dalam memperoleh Nobel.

Nobel Foundation juga sangat menghargai setiap calon nama  pemenang yang diusulkan, dan demi menjaga nama besar calon kandidat maka calon pemenang Nobel Prize yang pernah diusulkan akan memperoleh Nobel namun gagal akan diumumkan ke publik 50 tahun kemudian dengan tujuan agar nama calon pemenang tetap mahsyur dan tidak jadi bahan ejekan publik, terlebih calon penerima Nobel pada umumnya adalah ilmuwan besar, sastrawan, pemimpin dan aktivis kemanusiaan.

Terlebih lagi Nobel Prize bukan ajang perlombaan mendapatkan perhargaan, melainkan penilaian kontribusi terhadap individu atau organisasi yang telah berhasil membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik dan layak.

Donald Trump belakang ini sangat tertarik menjadi penerima Nobel di bidang perdamaian. Trump acapkali menyatakan secara implisit bahwa ia berhak mendapatkan Nobel berkat kepiawaiannya menjadi negosiator damai antar negara yang berseteru. Misalnya Trump mengklaim telah menyudahi perang singkat antara India dan Pakistan pada 10 Mei 2025, perang antara Thailand dan Kamboja pada 28 Juli 2025, perang antara Armenia dan Ajerbaizan yang diselesaikan pada 8 Agustus 2025, perang antara Kongo dan Rwanda diselesaikan pada 20 Juni 2025, serta klaim berhasil menekan Iran agar tidak melakukan pengayaan uranium lagi, dan yang menarik perhatian saat ini adalah mengusulkan gencatan senjata antara HAMAS dan Israel pada 10 Oktober 2025.

Di antara enam klaim tersebut, ada beberapa hal yang  perlu diluruskan. Konflik antara India dan Pakistan, menurut Perdana Menteri India Narendra Modi, gencatan senjata terjadi karena kesepakatan kedua belah pihak untuk menyudahi konflik tanpa ada andil Trump sama sekali.

Dalam konflik Thailand dan Kamboja, Trump hanya menggertak dengan menyatakan tidak akan melanjutkan perjanjian dagang jika konflik antar kedua negara terus berlangsung, faktanya yang menjadi mediator utama adalah Anwar Ibrahim Perdana Meneteri Malaysia.

Dalam gencatan senjata antara HAMAS dan Israel, diprediksi tidak akan menemui jalan tengah, ditenggarai keberpihakan Trump yang sangat condong ke Israel, terlebih Benjamin Netanyahu sudah bertemu tiga kali dengan Trump di Gedung Putih semenjak terpilih menjadi presiden di periode keduanya. Pada umumnya isu yang dibahas adalah isu Gaza, seiring dengan pertemuan yang membahas soal Gaza, tepat pada 7 Juli 2025 Netanyahu menyerahkan surat nominasi Nobel Prize kepada Trump.

Secara aturan yang boleh mengusulkan calon pemenang Nobel Prize adalah akademisi, ilmuwan, anggota parleman ataupun kepala negara hingga penerima Nobel Prize yang telah pernah mendapatkan penghargaan tersebut. Semua nama yang diusulkan harus bersifat rahasia, tetapi Trump ibarat selebritis dengan gaya narsistis, terkesan menggunakan posisinya sebagai Presiden menyarankan negara-negara yang sedang berkonflik agar menominasikannya sebagai calon pemenang Nobel Prize.

Dukungan pun diperoleh Trump, beberapa negara seperti Malta, Gabon, Kamboja, Pakistan, Armenia, Ajerbaizan, Rwanda dan dukungan internal dari Republikan mengajukan ke Komite Nobel agar Trump mendapatkan Nobel Peace Prize di tahun 2025. Trump juga pernah menulis dalam Truth Social miliknya bahwa seorang penerima nobel pernah menelepon dan mengatakan bahwa Trump pantas mendapatkan Nobel Prize.  Ditambah lagi menjelang pengumuan peneriman Nobel Prize tak tanggung dan tak canggung, untuk memenuhi ambisinya, Trump menelepon komite Nobel Norwegia untuk sedikit mempengaruhi keputusan komite agar ia mendapatkan Nobel Peace Prize tetapi justru yang memperolehnya adalah tokoh perempuan pejuang demokrasi sekaligus oposisi Venezuela, Maria Corina Machado.

Trump dan ambisinya memenangkan Nobel Prize sangat kontroversial. Strategi Trump agar mendapatkan Nobel Prize seolah memaksa masyarakat global harus menerima gaya kememimpinannya yang ambisius, impulsif dan populis. Gaya kepemimpinan Trump ini tentu dilatarbelakangi karena ia merupakan Presiden Amerika Serikat pertama yang tidak memiliki pengalaman di pemerintahan atau militer, tetapi memiliki latar belakang sebagai pebisnis yang flamboyan dan acapkali muncul di televisi sehingga menempatkan dirinya sebagai selebriti atau celebrity-cum-politician yakni menganggap dirinya sebagai pusat perhatian global dan selalu berusaha mendapatkan awards atas apa yang telah dilakukan, bukan berdasarkan kontribusi yang telah dilakukan kepada masyarakat global.

Di era kepemimpinanya, Trump sepertinya menciptakan dunia berdasarkan imajinasi dalam bentuk Make America Great Again (MAGA), yaitu meningkatkan perekonomian masyarakat dan menaikkan citra dan respek internasional terhadap AS. Trump tidak tertarik pada isu hak asasi kemanusiaan, promosi nilai demokrasi dan kerja sama pembangunan internasional.

Trump bahkan membawa AS keluar dari Paris Agreement dan WHO hingga memangkas habis habisan USAID serta mendirikan ICE (Immigration and Customs Enforcement) untuk menangkap individu yang dianggap masuk secara illegal ke AS. Kebijakan Trump ini sangat jauh dari kriteria yang diharapkan oleh Alfred Nobel dalam menciptakan dunia yang aman dan layak bagi setiap individu. 

*Penulis adalah peneliti dan pengajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Univeritas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Usut Tuntas Bandara Ilegal di Morowali yang Beroperasi Sejak Era Jokowi

Senin, 24 November 2025 | 17:20

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

UPDATE

Duka Banjir di Sumatera Bercampur Amarah

Jumat, 05 Desember 2025 | 06:04

DKI Rumuskan UMP 2026 Berkeadilan

Jumat, 05 Desember 2025 | 06:00

PIER Proyeksikan Ekonomi RI Lebih Kuat pada 2026

Jumat, 05 Desember 2025 | 05:33

Pesawat Perintis Bawa BBM

Jumat, 05 Desember 2025 | 05:02

Kemenhut Cek Kayu Gelondongan Banjir Sumatera Pakai AIKO

Jumat, 05 Desember 2025 | 05:00

Pemulihan UMKM Terdampak Bencana segera Diputuskan

Jumat, 05 Desember 2025 | 04:35

Kaji Ulang Status 1.038 Pelaku Demo Ricuh Agustus

Jumat, 05 Desember 2025 | 04:28

Update Korban Banjir Sumatera: 836 Orang Meninggal, 509 Orang Hilang

Jumat, 05 Desember 2025 | 04:03

KPK Pansos dalam Prahara PBNU

Jumat, 05 Desember 2025 | 03:17

Polri Kerahkan Kapal Wisanggeni 8005 ke Aceh

Jumat, 05 Desember 2025 | 03:03

Selengkapnya