Sebanyak 58 orang jamaah mantan anggota kelompok Negara Islam Indonesia (NII) faksi MYT (Muhamad Yusuf Tohiri) menyatakan ikrar setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di Kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Tangerang, Rabu, 1 Oktober 2025 (Foto: RMOL/Bonfilio Mahendra)
Sebanyak 58 orang jamaah mantan anggota kelompok Negara Islam Indonesia (NII) faksi MYT (Muhamad Yusuf Tohiri) menyatakan ikrar setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Pernyataan ikrar bertepatan dengan peringatan Hari Kesaktian Pancasila dalam sebuah acara yang berlangsung khidmat di Kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Tangerang, pada Rabu, 1 Oktober 2025.
Para peserta yang berasal dari Kota Tangerang dan wilayah sekitarnya ini secara terbuka menyatakan lepas baiat yang berarti mencabut sumpah kesetiaanya dari pimpinan NII dan menyatakan kesetiaan mereka kepada Pancasila dan UUD 1945 sebagai dasar negara. Setelah membacakan enam ikrar, perwakilan anggota NII pun menandatangani surat keputusan dan mencium bendera Merah Putih.
Dalam sambutannya, perwakilan dari Detasemen Khusus (Densus 88) Anti Teror Polri yaitu Kasatgaswil DKI Jakarta, Kombes Dhanu Arifianto, menyampaikan penghargaan atas langkah besar yang diambil para peserta dalam meninggalkan paham radikalisme.
"Langkah ini adalah bentuk nyata kembalinya semangat kebangsaan dan cinta tanah air. Ini bukan akhir, tapi awal baru untuk hidup yang lebih baik dalam bingkai NKRI,” ujarnya.
Sementara itu Wali Kota Tangerang yang diwakili Wakil Wali Kota Tangerang, Maryono Hasan menyampaikan apresiasi dan dukungan dari pemerintah daerah.
“Kami membuka pintu selebar-lebarnya untuk mendampingi proses reintegrasi sosial dan pemberdayaan ekonomi bagi saudara-saudara kita yang telah kembali ke jalan yang benar,” kata Maryono.
Lanjut Maryono, dirinya meminta para mantan anggota NII untuk terus menjaga jalinan silaturahmi dengan masyarakat.
"Kami menyaksikan bersama alangkah bersyurkurnya kami. Bapak-Ibu dengan sukarela, ikhlas, dan ikrar kembali ke NKRI tercinta. Jangan ada keterpaksaan Bapak-Ibu cintai negara kita, lakukan silaturahmi ini bagian dari kebangsaan," kata Martono.
Acara semakin khidmat dengan tausiyah kebangsaan oleh Asep Muhargono, mantan aktivis NII yang kini menjadi pendiri Yayasan Prasana Bumi Pertiwi (PRABU) - lembaga binaan yang terdiri dari para mantan anggota NII yang kini aktif mengedukasi masyarakat tentang bahaya paham radikal.
“Pancasila dan Islam tidak bertentangan, dan cinta tanah air adalah bagian dari iman," kata Asep.