Muhamad Mardiono saat mengumumkan menang aklamasi di Muktamar X PPP di Hotel Mercure Ancol, Jakarta Utara. (Foto: RMOL/Faisal Aristama)
MUKTAMAR X PPP sudah selesai lebih cepat dari rencana. Muktamar yang sedianya diselenggarakan pada 27-29 September 2025 di Hotel Mercure Ancol, Jakarta Utara, akhirnya dipercepat dan ditutup pada Minggu malam, 28 September 2025.
Mukmatar X diikuti oleh dua kandidat calon ketua umum, yaitu Agus Suparmanto dan Muhamad Mardiono. Sebagaimana umumnya pemilihan ketua umum sebuah partai, akan selalu ada dinamika politik yang cukup memanas.
Di awal sidang pembahasan AD/ART, kericuhan terjadi. Pimpinan sidang M. Amir Uskara, yang notabenen pendukung Mardiono berupaya menggiring Muktamirin untuk menetapkan AD/ART lama. Ini seperti telah menjadi bagian strategi yang dipersiapkan kubu Mardiono untuk menjegal Agus Suparmanto.
Dalam AD/ART lama, syarat menjadi ketum PPP harus kader PPP yang pernah menjadi pengurus DPP PPP selama lima tahun. Sementara Agus Suparmanto tidak memenuhi syarat itu. Di sinilah area pertarungan paling menentukan bagi pencalonan Agus Suparmanto.
Upaya Amir Uskara menjegal Agus Suparmato gagal. Amir Uskara mendapatkan interupsi dari Muktamirin. Dari sinilah kericuhan terjadi, dan Amir Uskara meninggalkan ruang sidang saat kericuhan. Pimpinan sidang kemudian diganti dan dilanjutkan oleh Qoyum Abdul Jabbar.
Sidang yang diikuti oleh lebih dari 2/3 peserta Muktamirin dan dipimpin oleh Qoyum Abdul Jabbar ini menyepakati AD/ART baru yang memberi ruang kepada siapa pun untuk calon ketum PPP, tanpa mencantumkan syarat pernah menjadi pengurus DPP PPP selama lima tahun.
Dengan AD/ART baru ini, Agus Suparmanto bisa masuk menjadi calon ketum PPP. Sidang berikutnya membahas Tata Tertib Pemilihan Umum.
Puncaknya adalah sidang pemilihan ketua umum PPP. Dalam sidang pemilihan ketua umum PPP, Agus Suparmanto secara aklamasi terpilih menjadi ketua umum PPP periode 2025-2030.
Keterpilihan Agus Suparmanto sebagai ketua umum PPP terjadi setelah rangkaian Muktamar PPP X berjalan sampai akhir.
Sebelumnya, ketika Amir Uskara yang menjadi ujung tombak kubu Mardiono keluar ruangan sidang, beberapa jam kemudian muncul klaim keterpilihan Mardiono secara aklamasi.
Klaim ini diumumkan, kata Ketua Majelis Pertimbangan Partai (PPP), M. Romahurmuziy alias Rommy, di sebuah kamar hotel di luar arena sidang.
Nampaknya kubu Mardiono telah menyiapkan strategi ini. Jika gagal hadang Agus Suparmanto di AD/ART, mereka akan umumkan kemenangan aklamasi. Sekitar ada tiga media yang telah disiapkan.
Benar saja, ketika Amir Uskara diinterupsi Muktamirin, kubu Mardiono langsung mengumumkan kemenangan di luar arena Muktamar di Ancol saat sidang masih berlangsung dalam pembahasan AD/ART. Artinya, sidang AD/ART saja belum selesai, kubu Mardiono sudah umumkan kemenangan.
Kenapa kubu Mardiono melakukan strategi penjegalan Agus Suparmanto ini? Kenapa kubu Mardiono tidak mau menghadapi Agus Suparmanto di sidang pemilihan ketum PPP yang telah dijadwalkan 29 September 2025?
Nampaknya kubu Mardiono sadar, bahwa pemilih Mardiono diprediksi kalah jumlah dibanding pemilih Agus Suparmanto.
Dalam deklarasi sehari sebelumnya di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Agus Suparmanto mendapat dukungan sekitar 480 suara DPC plus mayoritas DPW.
Fakta ini membuat kubu Mardiono terpaksa menggunakan strategi menjegal dan menghentikan pencalonan Agus Suparmanto. Satu-satunya pintu menjegal Agus Suparmanto adalah dengan menetapkan AD/ART lama.
Sayang, strategi ini gagal. Plan B-nya adalah mengumumkan "klaim kemenangan". Sekitar tiga media sudah disiapkan untuk memberitakan klaim kemenangan ini. Langkah ini diambil karena Mardiono tidak yakin bisa menang lawan Agus Suparmanto melalui voting.
Kekalahan kubu Mardiono hingga harus keluar dari arena Muktamar membuktikan bahwa isu perubahan di internal PPP sangat kuat.
Mardiono selama ini dianggap gagal memimpin PPP hingga petaka menimpa partai Ka'bah ini: yaitu PPP gagal dan terlempar dari Senayan.
Kegagalan inilah yang mendorong isu perubahan itu menguat di internal PPP. Bagi umumnya warga PPP, mereka sadar dan merasa
urgent untuk melakukan pergantian pemimpin di PPP. Jika pemimpin lama tetap bertahan, mereka pesimis PPP bisa kembali ke Senayan.
Senin 29 September 2025 Kubu Mardiono akan mambawa klaim kemenangan ini ke Kementerian Hukum (Kemenkum). Apakah akan berhasil?
Melihat kronologi Muktamar PPP ini, nampaknya sulit bagi kubu Mardiono untuk bisa meyakinkan Kemenkum.
Apalagi jika nantinya akan melalui proses peradilan, maka akan semakin sulit bagi kubu Mardiono mempertahankan klaim kemenangannya. Bukti-bukti di Muktamar lebih menguatkan kemenangan bagi Agus Suparmanto.
Tony RosyidPengamat Politik dan Pemehati Bangsa