Menteri Agama (Menag) KH Nasaruddin Umar jadi pembicara dibedah buku Deklarasi Istiqlal, Refleksi dan Tantangan Seluas Indonesia yang digarap Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Konferensi Waligereja Indonesia (Komisi HAK KWI) di Aula Henry Soetio Hall, Gedung KWI, Jakarta Pusat, Rabu, 10 September 2025 (Foto: RMOL/Bonfilio Mahendra)
Penandatanganan Deklarasi Istiqlal oleh mendiang Paus Fransiskus dan Imam Besar Masjid Istiqlal sekaligus Menteri Agama (Menag) KH Nasaruddin Umar sejatinya harus terus diaplikasikan oleh warga Indonesia dalam bermasyarakat.
Pesan itu yang jadi pembahasan utama dalam bedah buku Deklarasi Istiqlal, Refleksi dan Tantangan Seluas Indonesia oleh Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Konferensi Waligereja Indonesia (Komisi HAK KWI) di Aula Henry Soetio Hall, Gedung KWI, Jakarta Pusat pada Rabu, 10 September 2025.
Sekretaris Eksekutif Komisi HAK KWI sekaligus editor buku, Romo Aloys Budi Purnomo, menjelaskan bahwa buku ini merupakan buah pemikiran para pemuka agama yang juga hasil kolaborasi lintas pihak.
"Terbitnya buku ini dapat membantu memperluas dan memperdalam pemahaman atas DDI sehingga semakin berdampak dalam kehidupan bersama di Indonesia,” kata Romo Aloys.
Dalam sambutannya, Menag Nasaruddin Umar menekankan bahwa pesan mendasar dari buku ini adalah cinta: cinta kepada Tuhan, sesama, dan alam semesta.
“Siapa yang memiliki cinta, ia mampu bersahabat dengan alam. Semua agama mengajarkan kasih. Karena itu, marilah kita mencari titik temu, bukan perbedaan,” ungkap Menag.
Sementara itu, Ketua Umum Persatuan Umat Buddha Indonesia (Permabudhi), Philip Widjaja juga mengajak umat Budha agar membaca buku ini.
Sebab, buah pemikiran soal kemanusiaan dalam buku merupakan hal yang relevan untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
"Kita kan menyebarluaskan pemikkran-pemiiran ini, mengajak umat Budha merealisasikan cita-cita dari Paus yang disaksikan imam-imam besar di Indonesia, karena dokumen ini cukup penting atau pelengkap dokumen Abu Dhabi yang sudah ada, kelengkapan ini yang perlu kita ingat dan laksanakan sebaiknya-baiknya," kata Philip.
Hadir juga dalam bedah buku, Ketua Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Mgr. Antonius Subianto Bunjamin, menegaskan bahwa Deklarasi Istiqlal tidak hanya milik satu agama, namun milik seluruh bangsa Indonesia.
Menurutnya dalam buku inu memuat tiga hal pokok, yakni deklarasi humanis yang berfokus pada perjuangan kemanusiaan, deklarasi ekologis, mrngajak manusia untum menjaga bumi serta alam ciptaannya, dan deklarasi dialogis dengan fokus mengedepankan perjumpaan dan komunikasi antarmanusia dalam kehidupan sehari-hari
“Makin tinggi keagamaan kita, makin dekatlah kita dengan sesama manusia. Makin kita membaca kitab suci masing-masing, makin kita bersahabat dengan orang lain,” jelas Mgr Anton.