Berita

Mantan Wakil Menteri Ketenagakerjaan (Wamenaker) Immanuel Ebenezer Gerungan (IEG) alias Noel. (Foto: RMOL/Jamaludin Akmal)

Hukum

Noel Permainkan K3 yang Menyangkut Hidup Mati Buruh

MINGGU, 24 AGUSTUS 2025 | 08:35 WIB | LAPORAN: JAMALUDIN AKMAL

Perkara dugaan pemerasan terkait pengurusan sertifikat Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang dilakukan mantan Wakil Menteri Ketenagakerjaan (Wamenaker) Immanuel Ebenezer Gerungan (IEG) alias Noel dkk dianggap sebagai sebuah ironi kelam.

Begitu yang disampaikan mantan komisioner Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Saut Situmorang dalam postingan di akun YouTube @sautsitumorangkpk, Kamis, 21 Agustus 2025.

"Sebuah ironi kelam, pejabat yang seharusnya melindungi buruh, justru diduga menjadikan keselamatan kerja sebagai komoditas," kata Saut seperti dikutip RMOL, Minggu, 24 Agustus 2025.


Saut menyoroti soal modus perkara pemerasan yang melibatkan Noel, yakni adanya tekanan terhadap perusahaan agar membayar sejumlah uang demi kelancaran proses sertifikasi K3.

"Padahal, K3 bukan sekadar formalitas administratif. K3 adalah garis batas antara hidup dan mati bagi jutaan pekerja. Jika benar ada pungli dalam proses ini, maka kita sedang menyaksikan pelecehan terhadap hak dasar buruh, hak untuk pulang dengan selamat," tegas Saut.

Penangkapan terhadap Noel dkk kata Saut, merupakan cermin dari sistem yang masih rentan terhadap penyalahgunaan kekuasaan.

Menurut Saut, Noel dkk terancam pidana penjara maksimal 20 tahun karena disangkakan melanggar Pasal 12 huruf e UU Tipikor.

"Tapi pertanyaannya lebih besar. Berapa banyak proses sertifikasi yang selama ini berjalan di bawah tekanan? Berapa banyak perusahaan yang terpaksa 'membayar' agar bisa beroperasi? Dan berapa banyak nyawa buruh yang dipertaruhkan karena sistem yang korup? Ini saatnya publik menuntut transparansi total dalam proses sertifikasi dan pengawasan ketenagakerjaan," terang Saut.

Untuk itu, Saut berharap penangkapan terhadap Noel harus menjadi momentum untuk membersihkan sektor ketenagakerjaan dari pungli, dari permainan kuasa, dan dari mentalitas dagang atas hak dasar manusia.

"Kita tidak butuh pejabat yang lihai beretorika. Kita butuh pejabat yang jujur, transparan, dan berpihak pada keselamatan rakyat. Karena jabatan publik bukan panggung gaya hidup. Itu adalah amanah. Dan amanah tidak bisa dibeli. Salam logika publik," pungkas Saut.

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Bahlil Minta Maaf Usai Prank Presiden Prabowo

Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00

Ini Susunan Lengkap Direksi dan Komisaris bank bjb

Selasa, 09 Desember 2025 | 17:12

Pidato Prabowo buat Roy Suryo: Jangan Lihat ke Belakang

Senin, 08 Desember 2025 | 12:15

UPDATE

BNN-BNPP Awasi Ketat Jalur Tikus Narkoba di Perbatasan

Jumat, 19 Desember 2025 | 00:09

Perkuat Keharmonisan di Jakarta Lewat Pesona Bhinneka Tunggal Ika

Jumat, 19 Desember 2025 | 00:01

Ahmad Doli Kurnia Ditunjuk Jadi Plt Ketua Golkar Sumut

Kamis, 18 Desember 2025 | 23:47

Ibas: Anak Muda Jangan Gengsi Jadi Petani

Kamis, 18 Desember 2025 | 23:26

Apel Besar Nelayan Cetak Rekor MURI

Kamis, 18 Desember 2025 | 23:19

KPK Akui OTT di Kalsel, Enam Orang Dicokok

Kamis, 18 Desember 2025 | 23:12

Pemerintah Didorong Akhiri Politik Upah Murah

Kamis, 18 Desember 2025 | 23:00

OTT Jaksa oleh KPK, Kejagung: Masih Koordinasi

Kamis, 18 Desember 2025 | 22:53

Tak Puas Gelar Perkara Khusus, Polisi Tantang Roy Suryo Cs Tempuh Praperadilan

Kamis, 18 Desember 2025 | 22:24

Menkeu Purbaya Bantah Bantuan Bencana Luar Negeri Dikenakan Pajak

Kamis, 18 Desember 2025 | 22:24

Selengkapnya