Berita

Nick Adams dan Presiden AS Donald Trump/Net

Dunia

Trump Pilih Nick Adams Jadi Dubes Malaysia, Publik Soroti Riwayat Islamophobia

SELASA, 15 JULI 2025 | 14:31 WIB | LAPORAN: HANI FATUNNISA

Presiden AS Donald Trump menuai kritik internasional setelah mencalonkan Nick Adams, mantan komentator sayap kanan asal Australia yang kontroversial, sebagai Duta Besar Amerika Serikat untuk Malaysia.

Pencalonan ini menimbulkan kekhawatiran serius di kalangan diplomatik, baik di Malaysia maupun Australia, terutama karena riwayat pernyataan Adams yang dianggap Islamofobia dan misoginis.

Nick Adams, 40 tahun, dikenal luas sebagai loyalis Trump dan pengisi tetap program-program konservatif seperti Fox News. Ia kerap membuat pernyataan provokatif di media sosial, termasuk komentar yang dinilai menghina Islam dan merendahkan perempuan.


"Pemerintah harus menolak penunjukan ini. Akan memalukan baginya jika ada suara publik yang menentangnya," tegas Saifuddin Abdullah, anggota parlemen oposisi Malaysia sekaligus mantan menteri luar negeri, seperti dimuat Nikkei Asia pada Selasa, 15 Juli 2025.

Adams akan menggantikan Edgard Kagan, diplomat karier yang ditunjuk oleh Presiden Joe Biden dan telah bertugas di Kuala Lumpur selama lebih dari setahun.

Beberapa pengamat melihat sisi strategis dari penunjukan ini, mengingat kedekatan Adams dengan Presiden Trump.

"Malaysia sebaiknya tidak menolaknya, itu akan membuat Malaysia bersikap defensif dan mempersulit hubungan dengan AS," ujar Ilango Karuppannan, mantan komisaris tinggi Malaysia untuk Singapura.  

"Kedekatannya dengan Trump bisa menjadi aset, jalur langsung ke presiden, tetapi Malaysia perlu mengelola ini dengan hati-hati, tanpa terlihat beroposisi di depan umum," tambah Karuppannan. 

Adams bukan sosok asing bagi kontroversi. Ia pernah menjadi wakil wali kota termuda di Australia pada usia 19 tahun, dan menjadi berita utama karena usulan-usulan nyentriknya, seperti pengujian DNA kotoran anjing untuk menangkap pemilik yang lalai, serta pemusnahan merpati guna mencegah flu burung.

"Dia tidak banyak berkontribusi. Dia sangat berhaluan kanan, dia seorang eksibisionis. Saya tidak terkejut ketika dia bergabung dengan kelompok sayap kanan di Amerika," ujar Lucille McKenna, mantan wali kota Ashfield, Sydney.

Adams pindah ke AS pada 2012, menjadi warga negara pada 2021, dan karier politik medianya melesat setelah Trump memuji bukunya pada 2017. Ia kini rutin tampil di media konservatif dan menyebut dirinya sebagai penulis favorit Presiden Trump.

Setelah pencalonannya diumumkan, Adams mengunggah video yang menyebutnya sebagai kehormatan dan mengungkapkan antusiasmenya menjelajahi budaya luhur Malaysia.

Namun, sikap publik Malaysia terhadap Adams tampaknya masih penuh skeptisisme. Shakila Yacob, profesor di Jeffrey Cheah Institute, Sunway University, melihat peluang dalam penunjukan ini jika Adams mampu beradaptasi. 

"Malaysia menawarkan kesempatan bagi Adams untuk belajar tentang Islam di masyarakat modern yang multikultural," ujarnya.

Namun tantangan utama tetap yakni bagaimana Adams menghadapi pandangan publik Malaysia yang mayoritas Muslim dan sangat menjunjung tinggi nilai-nilai sopan santun serta penghormatan antaragama.

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Terlibat TPPU, Gus Yazid Ditangkap dan Ditahan Kejati Jawa Tengah

Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13

UPDATE

Kepala Daerah Dipilih DPRD Bikin Lemah Legitimasi Kepemimpinan

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:59

Jalan Terjal Distribusi BBM

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:39

Usulan Tanam Sawit Skala Besar di Papua Abaikan Hak Masyarakat Adat

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:16

Peraih Adhyaksa Award 2025 Didapuk jadi Kajari Tanah Datar

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:55

Pengesahan RUU Pengelolaan Perubahan Iklim Sangat Mendesak

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:36

Konser Jazz Natal Dibatalkan Gegara Pemasangan Nama Trump

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:16

ALFI Sulselbar Protes Penerbitan KBLI 2025 yang Sulitkan Pengusaha JPT

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:58

Pengendali Pertahanan Laut di Tarakan Kini Diemban Peraih Adhi Makayasa

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:32

Teknologi Arsinum BRIN Bantu Kebutuhan Air Bersih Korban Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:15

35 Kajari Dimutasi, 17 Kajari hanya Pindah Wilayah

Kamis, 25 Desember 2025 | 22:52

Selengkapnya