Berita

Salah satu buku cover Buku Puisi Esai Denny JA/Ist

Nusantara

Sejarah dalam Tujuh Buku Puisi Esai Ungkap Kemerdekaan Sejati

KAMIS, 03 JULI 2025 | 23:04 WIB | LAPORAN: ADITYO NUGROHO

Dari lorong-lorong gelap sejarah hingga ruang batin terdalam manusia, Denny JA menghadirkan heptalogi puisi esai yang mengguncang kesadaran kita tentang masa lalu.

Denny JA mengungkapkan puisi itu ada di tujuh buku, di tujuh babak sejarah dan tujuh luka kolektif yang selama ini hanya tergores samar dalam buku pelajaran.

“Karya terbaru (berjudul), ‘Yang Menggigil dalam Arus Sejarah’ (2025), melengkapi serial ini. Berbeda dari enam buku sebelumnya yang fokus pada sejarah Indonesia, buku ketujuh ini melintasi batas negara,” ujar Denny dalam keterangannya, Kamis, 3 Juli 2025.


Menurut dia, buku itu menyuarakan korban-korban Revolusi Prancis, Holocaust, pembantaian di Nanking, hingga anak-anak yang menjadi yatim oleh bom di Hiroshima.

Semua buku ini menggunakan format khas ciptaan Denny JA, yakni puisi esai, sebuah genre baru yang memadukan narasi puitik dengan riset sejarah.

“Genre ini telah berkembang menjadi gerakan sastra lintas batas, dengan komunitas di seluruh Indonesia dan Asia Tenggara. Ia menjadi agenda utama dalam Festival Puisi Esai ASEAN yang kini telah digelar sebanyak empat kali. Sejarah resmi menulis pahlawan. Tapi puisi esai menulis korban,” ungkapnya.

Menurut Penerbit CBI, yang menjadi sumber utama rilis ini, proyek heptalogi ini bukan hanya proyek literer, melainkan arsip nurani kolektif bangsa dan dunia.

“Di tengah gempuran informasi digital yang dangkal dan cepat lewat, puisi esai menawarkan ruang perenungan, sebuah jeda, sebuah napas,” jelas penerbit CBI.

Lanjutnya, mengapa Puisi Esai Penting untuk Memahami Sejarah? Pertama, ia menyentuh sisi terdalam manusia. Di saat data dan angka tak mampu meneteskan air mata, puisi hadir sebagai cermin yang merefleksikan luka batin sejarah.

Kedua, ia memperluas definisi sejarah. Sejarah bukan hanya milik yang menang, tetapi juga milik mereka yang ditinggalkan: perempuan penghibur, anak tanpa negara, eksil tanpa pulang, cinta tanpa ruang.

Ketiga, ia menghidupkan narasi yang dilupakan. Di tengah gemuruh suara mayoritas, puisi esai memberi tempat bagi suara-suara yang nyaris punah: bisikan Lastri, tangis Lina, dan rindu yang tertinggal di meja makan eksil.

Berikut Tujuh Buku Puisi Esai Denny JA dalam Heptalogi:

1.    Atas Nama Cinta (2012), tentang cinta yang kalah oleh diskriminasi.

2.    Kutunggu di Setiap Kamisan (2018), tentang mereka yang hilang paksa.

3.    Jeritan Setelah Kebebasan (2015), tentang konflik berdarah pasca-reformasi.

4.    Yang Tercecer di Era Kemerdekaan (2024), tentang mereka yang tak merdeka saat proklamasi.

5.    Mereka yang Mulai Teriak Merdeka (2024) tentang pahlawan sebagai manusia, bukan ikon.

6.    Mereka yang Terbuang di Tahun 1960-an (2024), tentang mereka yang kehilangan tanah air dan kampung halaman.

7.    Yang Menggigil dalam Arus Sejarah (2025), tentang tragedi global yang membentuk nurani dunia.

“Sebab kemerdekaan sejati, seperti puisi,adalah keberanian untuk terus mendengarkan yang tak lagi punya suara,” demikian dikatakan Denny JA.

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

UPDATE

Trump Serang Demokrat dalam Pesan Malam Natal

Kamis, 25 Desember 2025 | 16:04

BUMN Target 500 Rumah Korban Banjir Rampung dalam Seminggu

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:20

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Gibran Minta Pendeta dan Romo Terus Menjaga Toleransi

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:40

BGN Sebut Tak Paksa Siswa Datang ke Sekolah Ambil MBG, Nanik: Bisa Diwakilkan Orang Tua

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:39

Posko Pengungsian Sumut Disulap jadi Gereja demi Rayakan Natal

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:20

Banyak Kepala Daerah Diciduk KPK, Kardinal Suharyo Ingatkan Pejabat Harus Tobat

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:15

Arsitektur Nalar, Menata Ulang Nurani Pendidikan

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:13

Kepala BUMN Temui Seskab di Malam Natal, Bahas Apa?

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:03

Harga Bitcoin Naik Terdorong Faktor El Salvador-Musk

Kamis, 25 Desember 2025 | 13:58

Selengkapnya