Berita

Ilustrasi/RMOL via AI

Bisnis

AS dan China Sepakati Perjanjian Dagang, 10 Negara Menyusul

JUMAT, 27 JUNI 2025 | 10:43 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Amerika Serikat (AS) dan China akhirnya merampungkan kesepakatan dagang yang sebelumnya telah dirundingkan di Jenewa bulan lalu. 

Hal ini disampaikan Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick, dalam wawancara dengan Bloomberg News pada Jumat, 27 Juni 2025.

Menurut Lutnick, kesepakatan yang resmi ditandatangani dua hari lalu itu berisi komitmen dari China untuk mengekspor tanah jarang ke AS, yaitu bahan penting yang digunakan dalam berbagai teknologi seperti turbin angin hingga pesawat jet.


“Begitu China mulai mengirimkan tanah jarang, kami akan hentikan tindakan balasan kami,” ujar Lutnick.

Perjanjian ini dianggap sebagai langkah penting, setelah sebelumnya kedua negara saling menuduh melanggar kesepakatan yang sudah disepakati sebelumnya. Meski demikian, implementasinya masih tergantung pada langkah selanjutnya dari kedua negara.

Selain dengan China, Presiden AS Donald Trump juga berencana menyelesaikan 10 kesepakatan dagang lainnya dengan negara mitra utama sebelum tenggat 9 Juli, batas waktu yang ia tetapkan untuk kembali memberlakukan tarif tinggi yang sempat ditunda sejak April lalu.

“Kami akan selesaikan 10 kesepakatan besar, atur semuanya dalam kategori yang tepat, lalu negara lain akan mengikuti,” kata Lutnick.

Ia tidak menyebutkan negara mana saja yang masuk dalam kesepakatan tahap awal, tapi Trump sebelumnya mengatakan AS hampir mencapai kesepakatan dengan India.

Trump juga mengingatkan bahwa jika sampai 9 Juli belum ada kesepakatan, ia akan mengirimkan "surat peringatan" kepada negara-negara yang dianggap tidak adil dalam perdagangan. Negara-negara itu akan dikelompokkan berdasarkan status negosiasi mereka, dan bisa dikenakan tarif baru jika tidak segera menyepakati perjanjian.

“Mereka yang sudah setuju, akan lanjut. Yang masih berunding, akan kami beri waktu, tapi tarif tetap berlaku,” tegas Lutnick.

Trump pertama kali mengumumkan rencana tarif balasan hingga 50 persen pada 2 April 2025. Namun, sebagian besar tarif itu ditangguhkan selama 90 hari agar negosiasi bisa berlangsung.

Sampai sekarang belum jelas seberapa luas cakupan dari kesepakatan-kesepakatan ini. Biasanya, perjanjian dagang membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk dinegosiasikan. Contohnya, perjanjian sebelumnya dengan Inggris masih menyisakan berbagai isu yang belum selesai, termasuk soal diskon untuk logam impor. 

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Tragedi Nasional dari Sumatra dan Suara yang Terlambat Kita Dengarkan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:44

Produktivitas Masih di Bawah ASEAN, Pemerintah Susun Langkah Percepatan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:41

Lewat Pantun Cak Imin Serukan Perbaiki Alam Bukan Cari Keributan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:38

Bank Mandiri Sabet 5 Penghargaan BI

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:27

Liga Muslim Dunia Siap Lobi MBS untuk Permudah Pembangunan Kampung Haji Indonesia

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:18

Banjir Rob di Pesisir Jakarta Berangsur Surut

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:13

RI–Timor Leste Sepakat Majukan Koperasi

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:08

Revisi UU Cipta Kerja Mendesak di Tengah Kerusakan Hutan Sumatera

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:57

Bahlil Telusuri Dugaan Keterkaitan Tambang Martabe dengan Banjir Sumut

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:48

BI: Cadangan Devisa RI Rp2.499 Triliun per Akhir November 2025

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:39

Selengkapnya