Berita

Ilustrasi/Net

Bisnis

Rupiah Nyaris Tembus Rp16.500 Imbas Rencana Iran Tutup Selat Hormuz

SENIN, 23 JUNI 2025 | 18:44 WIB | LAPORAN: ALIFIA DWI RAMANDHITA

Nilai tukar Rupiah kembali melemah di tengah ketegangan geopolitik Timur Tengah yang memanas. Pada penutupan perdagangan Senin 23 Juni 2025 sore, Rupiah tercatat turun 95 poin atau 0,58 persen ke level Rp16.492 per Dolar AS.

Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi, menyebut pelemahan Rupiah kali ini dipicu oleh kekhawatiran pasar terhadap dampak rencana Iran menutup Selat Hormuz, ditambah keterlibatan Amerika Serikat (AS) yang menyerang fasilitas nuklir Iran bersama Israel.

“Pasar terus merespon negatif kondisi global yang terus meningkat akibat eskalasi di Timur Tengah yang membuat harga minyak mentah melambung tinggi. Harga minyak sangat mudah terpengaruh oleh dinamika geopolitik. Kondisi ini mengancam stabilitas pasokan minyak global dan inflasi yang akan meningkat,” ujar Ibrahim dalam riset hariannya.


Ia menegaskan, lonjakan harga minyak menjadi ancaman serius bagi ekonomi Indonesia yang kini mengimpor sekitar 1 juta barel minyak mentah per hari. 

“Blokade di selat tersebut akan sangat mengganggu pengiriman minyak dan gas ke beberapa wilayah Asia dan Eropa, yang dapat menyebabkan gangguan ekonomi yang lebih besar di kawasan tersebut,” katanya.
 
Kenaikan harga minyak otomatis akan menaikkan biaya impor dan memperburuk neraca perdagangan Indonesia.

“Pelemahan Rupiah dianggap akan membawa implikasi fiskal yang cukup serius, terutama terhadap beban subsidi pemerintah. Saat harga minyak dunia naik dan rupiah melemah, maka harga keekonomian bahan bakar minyak (BBM) otomatis melonjak,” jelasnya.

Jika pemerintah tetap menahan harga BBM subsidi seperti Pertalite dan Solar, maka selisih antara harga pasar dan harga jual harus ditanggung oleh APBN. Akibatnya, defisit anggaran negara pun berisiko melebar.

Di sisi lain untuk menjaga stabilitas pasar, Bank Indonesia terus melakukan intervensi melalui sejumlah instrumen, salah satunya adalah transaksi Non-Deliverable Forward (NDF) di pasar luar negeri dan Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF) di pasar dalam negeri.

Selain itu, BI juga aktif membeli Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder.

Untuk perdagangan Selasa 24 Juni 2025, Ibrahim memperkirakan Rupiah akan bergerak fluktuatif namun berpotensi ditutup menguat di rentang Rp16.450-Rp16.500 per dolar AS.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Pertunjukan ‘Ada Apa dengan Srimulat’ Sukses Kocok Perut Penonton

Minggu, 28 Desember 2025 | 03:57

Peran Indonesia dalam Meredam Konflik Thailand-Kamboja

Minggu, 28 Desember 2025 | 03:33

Truk Pengangkut Keramik Alami Rem Blong Hantam Sejumlah Sepeda Motor

Minggu, 28 Desember 2025 | 03:13

Berdoa dalam Misi Kemanusiaan

Minggu, 28 Desember 2025 | 02:59

Mualem Didoakan Banyak Netizen: Calon Presiden NKRI

Minggu, 28 Desember 2025 | 02:36

TNI AL Amankan Kapal Niaga Tanpa Awak Terdampar di Kabupaten Lingga

Minggu, 28 Desember 2025 | 02:24

Proyek Melaka-Dumai untuk Rakyat atau Oligarki?

Minggu, 28 Desember 2025 | 01:58

Wagub Sumbar Apresiasi Kiprah Karang Taruna Membangun Masyarakat

Minggu, 28 Desember 2025 | 01:34

Kinerja Polri di Bawah Listyo Sigit Dinilai Moncer Sepanjang 2025

Minggu, 28 Desember 2025 | 01:19

Dugaan Korupsi Tambang Nikel di Sultra Mulai Tercium Kejagung

Minggu, 28 Desember 2025 | 00:54

Selengkapnya