Berita

Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)/Rep

Politik

SBY Minta Para Pemimpin Dunia Lakukan Langkah Efektif Dinginkan Iran-Israel

SELASA, 17 JUNI 2025 | 02:47 WIB | LAPORAN: FAISAL ARISTAMA

Presiden ke-6 Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), menyampaikan kekhawatiran atas meningkatnya ketegangan antara Iran dan Israel. Hal itu dinilainya telah berpotensi menyulut konflik kawasan, bahkan global. 

Menurut SBY, konflik kedua negara bukan sekadar persaingan geopolitik, melainkan permusuhan yang dilandasi doktrin saling menghancurkan.

“Ya, memang kita tahu bahwa hubungan Israel-Iran itu pada posisi yang saling bermusuhan cukup tinggi,” kata SBY dalam acara bertajuk “Spesial Interview SBY: Konflik Iran-Israel, Ancaman Global, dan Harapan Perdamaian” dikutip Senin malam, 16 Juni 2025. 


Jebolan terbaik AKABRI 1973 itu menyebut salah satu penyebab utama konflik ini adalah kurangnya kepercayaan antara kedua pihak.

“Yang kedua juga sepertinya there is no trust di antara keduanya. Jadi boleh dikatakan ada trust defisit yang sangat tinggi,” jelasnya.

SBY lantas membandingkan konflik ini dengan rivalitas Amerika Serikat dan Tiongkok, yang menurutnya masih berada dalam konteks persaingan global.

“Kalau misalnya ketegangan antara Tiongkok dan Amerika Serikat itu lebih karena persaingan, rivalitas untuk menjadi pemimpin dunia. Tapi menyakut hubungan Israel-Iran itu berbeda sama sekali. Doktrinnya akan saling menghancurkan,” ujar dia. 

SBY pun menjelaskan bahwa cara pandang yang menghancurkan atau destruktif tersebut justru bisa memperparah situasi.

“Misalnya Israel berpendapat daripada dihancurkan oleh Iran terlebih dahulu, mengapa tidak kita serang dan hancurkan dulu. Demikian cara berpikir Israel,” bebernya.

Sejak pecahnya konflik terbaru di Jalur Gaza, SBY mengaku sudah memprediksi akan terjadi eskalasi antara Israel dan Iran.

“Semenjak terjadinya kemelut baru, peperangan baru, utamanya di jalur Gaza, sebenarnya saya sudah memprediksi bahwa akan terjadi aksi serang-menyerang antara Israel dengan Iran,” terang dia.

SBY kemudian menyebut bahwa konflik di Gaza hanya salah satu bagian dari anatomi konflik Timur Tengah yang lebih besar, di mana aktor utama sesungguhnya adalah Israel dan Iran.

“Yang di front Gaza seolah-olah Hamas berhadapan dengan Israel. Tetapi sesungguhnya anatomy conflict di Timur Tengah itu karena terlalu banyak ‘pemainnya’, too many players, sesungguhnya yang betul-betul berhadapan bermusuhan secara fundamental sekali lagi adalah Israel dengan Iran,” kata dia. 

Menurut SBY, serangan timbal balik yang terjadi belakangan ini menunjukkan intensitas permusuhan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

“Memang benar, ini boleh dikatakan unprecedented, sebetulnya tidak sejauh ini. Melihat serangan Israel pada Jumat pagi, kalau tidak salah, seperti itu, yang tidak terjadi sebelumnya, kemudian dibalas dalam waktu hanya sekitar 24 jam oleh Iran ke Israel, juga ke sana kemari,” tuturnya. 
 
“Artinya ini memang sesuatu yang baru menunjukkan eskalasi ketegangan, menunjukkan meningkatnya intensitas permusuhan kedua negara tersebut,” imbuhnya.

SBY mengaku cemas melihat perkembangan terbaru, terutama serangan Israel ke fasilitas minyak di Iran, yang bisa berdampak serius terhadap perekonomian dan stabilitas global.

“Terus terang saya agak cemas kalau ini menjadi-jadi, apalagi baru saja saya melihat tayangan di televisi karena saya ikuti perkembangan ini siang dan malam, Israel sudah mulai menghantam Depot atau pusat minyak yang ada di Iran,” ungkapnya. 

“Iran itu salah satu produsen minyak dan gas yang tinggi di dunia. Apabila terjadi serangan yang masif melumpuhkan itu semua, pasti ada pengaruhnya nanti ke depan. Kalau sudah menghancurkan misalnya salah satu kekuatan ekonomi Iran, Iran pasti membalas ke Israel,” sambung dia. 

Mantan Kasospol ABRI ini pun menekankan bahwa situasi saat ini sangat tidak pasti dan dapat berkembang ke arah yang lebih buruk.

“Kita tidak tahu, nobody knows apa yang akan terjadi ke depan ini. Tetapi yang jelas ini betul-betul bad news, sementara orang berharap mendambakan segera datang kedamaian di Gaza, itu belum terwujud. Sementara ditingkatkan, makin eskalatif, ditandai dengan serangan timbal balik antara Iran dan Israel,” ucapnya.

Lebih jauh, SBY menyerukan agar para pemimpin dunia segera mengambil langkah konkret untuk mencegah krisis yang lebih besar.

“Jadi saya berharap ada kesadaran, ada kepedulian dan langkah-langkah efektif dari para pemimpin dunia,” ungkapnya lagi. 

“Bukan hanya para pemimpin dunia di kawasan, tetapi juga di seluruh dunia, termasuk tentunya perserikatan bangsa-bangsa. Karena tidak ingin kita ini, bangsa Indonesia yang cinta damai, ada tragedi besar terbiarkan. Tidak bagus,” demikian SBY.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Tragedi Nasional dari Sumatra dan Suara yang Terlambat Kita Dengarkan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:44

Produktivitas Masih di Bawah ASEAN, Pemerintah Susun Langkah Percepatan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:41

Lewat Pantun Cak Imin Serukan Perbaiki Alam Bukan Cari Keributan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:38

Bank Mandiri Sabet 5 Penghargaan BI

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:27

Liga Muslim Dunia Siap Lobi MBS untuk Permudah Pembangunan Kampung Haji Indonesia

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:18

Banjir Rob di Pesisir Jakarta Berangsur Surut

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:13

RI–Timor Leste Sepakat Majukan Koperasi

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:08

Revisi UU Cipta Kerja Mendesak di Tengah Kerusakan Hutan Sumatera

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:57

Bahlil Telusuri Dugaan Keterkaitan Tambang Martabe dengan Banjir Sumut

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:48

BI: Cadangan Devisa RI Rp2.499 Triliun per Akhir November 2025

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:39

Selengkapnya