Berita

Direktur Eksekutif Human Studies Institute (HSI), Rasminto (kedua dari kanan)/Ist

Nusantara

HSI:

Pelembagaan Adat Betawi Penting Buat Merawat Akar Budaya

SELASA, 03 JUNI 2025 | 13:49 WIB | LAPORAN: ADITYO NUGROHO

Menjelang usia lima abad Jakarta, wacana tentang pelembagaan adat Betawi kembali mencuat sebagai kebutuhan mendesak yang selama ini diabaikan. 

Hal tersebut disampaikan Direktur Eksekutif Human Studies Institute (HSI), Rasminto dalam Sarasehan III Kaukus Muda Betawi di Ancol, Jakarta Utara, Selasa, 3 Juni 2025.

"Tanpa institusi adat yang kuat, masyarakat Betawi akan terus kehilangan ruang sosial dan kultural di tengah arus globalisasi ibu kota," ujar Rasminto.


Menurutnya, Jakarta dibentuk oleh sejarah panjang masyarakat Betawi di daerah kota Jakarta. Tapi hingga kini, tidak ada pelembagaan adat yang memberi perlindungan struktural terhadap budaya dan eksistensi masyarakat lokal Jakarta.

"Pelembagaan adat bukan sekadar pengakuan simbolik, melainkan mekanisme hukum dan sosial untuk memastikan masyarakat Betawi tetap memiliki posisi dalam pembangunan Jakarta ke depan," jelasnya.

Rasminto menyoroti bahwa meskipun UU No. 2 Tahun 2024 tentang Provinsi Daerah Khusus Jakarta (DKJ) menyebut pentingnya nilai-nilai lokal, namun tidak ada pasal konkret yang mengatur pembentukan atau penguatan lembaga adat Betawi.

“Budaya Betawi itu bukan dekorasi seremoni, tapi identitas historis Jakarta. Kalau tidak dilembagakan, kita sedang menyaksikan pengikisan budaya secara sistematis,” tegasnya.

Ia menyampaikan keprihatinan bahwa masyarakat Betawi kini makin tersingkir, baik secara spasial maupun simbolik.

"Kampung-kampung Betawi berubah jadi real estate, bahasa Betawi mulai tergeser, dan lembaga-lembaga adat yang ada tidak memiliki legitimasi formal,” jelasnya lagi.

Pakar geografi manusia Unisma ini menegaskan bahwa ruang kota Jakarta kini diproduksi oleh logika kapital dan kepentingan global, bukan oleh nilai-nilai lokal.

“Ruang itu bukan cuma fisik, tapi juga sosial dan ideologis. Ketika masyarakat lokal kehilangan ruang untuk memproduksi makna, mereka kehilangan kuasa," pungkasnya.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Tragedi Nasional dari Sumatra dan Suara yang Terlambat Kita Dengarkan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:44

Produktivitas Masih di Bawah ASEAN, Pemerintah Susun Langkah Percepatan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:41

Lewat Pantun Cak Imin Serukan Perbaiki Alam Bukan Cari Keributan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:38

Bank Mandiri Sabet 5 Penghargaan BI

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:27

Liga Muslim Dunia Siap Lobi MBS untuk Permudah Pembangunan Kampung Haji Indonesia

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:18

Banjir Rob di Pesisir Jakarta Berangsur Surut

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:13

RI–Timor Leste Sepakat Majukan Koperasi

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:08

Revisi UU Cipta Kerja Mendesak di Tengah Kerusakan Hutan Sumatera

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:57

Bahlil Telusuri Dugaan Keterkaitan Tambang Martabe dengan Banjir Sumut

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:48

BI: Cadangan Devisa RI Rp2.499 Triliun per Akhir November 2025

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:39

Selengkapnya