Berita

Ilustrasi/RMOL

Bisnis

Pengadilan AS Batalkan Tarif Trump, Harga Minyak Terjun hingga 1,5 Persen

JUMAT, 30 MEI 2025 | 11:11 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Harga minyak dunia turun lebih dari 1 persen pada penutupan perdagangan Kamis, 29 Mei 2025, dibayangi kekhawatiran investor setelah pengadilan Amerika Serikat (AS) membatalkan tarif balasan yang sebelumnya diberlakukan oleh Presiden Donald Trump.

Selain itu, pasar juga mencermati kemungkinan sanksi baru dari AS yang bisa membatasi ekspor minyak Rusia, serta rencana OPEC+ (negara-negara pengekspor minyak dan sekutunya) yang mungkin akan menaikkan produksi mulai Juli.

Dikutip dari Reuters, harga minyak mentah Brent turun 75 sen atau 1,2 persen menjadi 64,15 dolar AS per barel. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate turun 90 sen atau 1,5 persen menjadi 60,94 Dolar AS per barel.


Harga minyak sempat naik setelah pengadilan AS memutuskan bahwa Trump bertindak di luar wewenangnya saat menerapkan tarif impor secara luas. Namun, harga kembali turun setelah para pejabat pemerintahan Trump mengatakan bahwa keputusan pengadilan tersebut tidak akan banyak berpengaruh dan mereka masih memiliki jalur hukum lain.

"Reaksi pasar awal terhadap tarif timbal balik Trump dari pengadilan perdagangan AS menghilang secara signifikan seiring berjalannya sesi," kata Jim Ritterbusch dari konsultan energi AS Ritterbusch and Associates dalam sebuah catatan.

"Salah satu interpretasi dari tanggapan ini bisa jadi adalah bahwa tidak banyak yang berubah dan ketidakpastian seputar tarif Trump sejak hari pertama akan terus berlanjut karena tarif tersebut masih dalam proses peradilan dan beberapa tarif sektoral seperti otomotif dan suku cadang otomotif tetap berlaku," ujarnya.

Beberapa tarif sektor tertentu, seperti untuk mobil dan suku cadangnya, tetap berlaku.

Harga minyak juga ditekan oleh pernyataan Direktur Eksekutif Badan Energi Internasional (IEA), Fatih Birol. Ia mengatakan permintaan minyak di China sedang lemah, dan situasi di Rusia dan Iran masih menjadi "tanda tanya" yang bisa memengaruhi harga.

Di sisi lain, Amerika Serikat dan Iran sedang melakukan pembicaraan untuk mengendalikan program nuklir Iran. Hal ini menimbulkan spekulasi di pasar: apakah situasi akan mengarah ke konflik atau justru tercapai kesepakatan damai.

"Pasar saat ini bergerak dipengaruhi oleh faktor teknis dan emosional," kata Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group.

Sementara itu, OPEC+ berencana menggelar pertemuan pada hari Sabtu. Mereka kemungkinan akan menyepakati peningkatan produksi minyak pada bulan Juli.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Tragedi Nasional dari Sumatra dan Suara yang Terlambat Kita Dengarkan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:44

Produktivitas Masih di Bawah ASEAN, Pemerintah Susun Langkah Percepatan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:41

Lewat Pantun Cak Imin Serukan Perbaiki Alam Bukan Cari Keributan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:38

Bank Mandiri Sabet 5 Penghargaan BI

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:27

Liga Muslim Dunia Siap Lobi MBS untuk Permudah Pembangunan Kampung Haji Indonesia

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:18

Banjir Rob di Pesisir Jakarta Berangsur Surut

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:13

RI–Timor Leste Sepakat Majukan Koperasi

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:08

Revisi UU Cipta Kerja Mendesak di Tengah Kerusakan Hutan Sumatera

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:57

Bahlil Telusuri Dugaan Keterkaitan Tambang Martabe dengan Banjir Sumut

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:48

BI: Cadangan Devisa RI Rp2.499 Triliun per Akhir November 2025

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:39

Selengkapnya