Berita

Ilustrasi/Net

Politik

Dana APBN untuk Parpol Bisa Picu Motif Cari Untung

RABU, 28 MEI 2025 | 11:09 WIB | LAPORAN: AHMAD ALFIAN

Pengamat politik Adi Prayitno menilai tidak rasional apabila partai politik mendapatkan subsidi atau bantuan dana dari negara, bahkan sekalipun kondisi keuangan negara sedang dalam keadaan baik dan kondusif. 

Dia menegaskan bahwa partai politik seharusnya mandiri secara finansial karena mayoritas kadernya berasal dari kalangan yang berkecukupan.

“Partai politik adalah tempat berkumpulnya orang-orang yang secara ekonomi serba berkecukupan. Banyak dari mereka berasal dari kalangan pengusaha, pebisnis, dan pesohor yang memiliki keuangan berlimpah,” ujar Adi lewat kanal YouTube miliknya, Rabu 28 Mei 2025.


Menurutnya, partai politik memang bagian dari demokrasi, namun bukan merupakan bagian dari kekuasaan eksekutif. Karena itu, ia menilai pendanaan partai seharusnya tidak menjadi tanggung jawab negara.

“Pendanaan partai politik jangan dibebankan ke negara, tapi kepada kader-kadernya sendiri. Dalam banyak hal, mereka adalah orang-orang yang mampu secara keuangan,” tegasnya.

Adi juga mengkhawatirkan jika dana APBN dialokasikan dalam jumlah besar kepada partai politik, hal ini dapat memicu lahirnya partai-partai baru yang hanya bertujuan untuk mengeruk bantuan dari negara, bukan untuk memperkuat demokrasi atau menciptakan pemilu yang adil.

“Besok lahir satu partai, besoknya lagi 10 partai, muncul lagi 100 partai, tujuan cuma satu bukan ingin memperkuat iklim demokrasi, bukan untuk menciptakan pemilu yang adil, tujuannya adalah untuk mendapatkan bantuan dari negara, itu yang kita khawatirkan," jelasnya.

Direktur Parameter Politik Indonesia itu menekankan, partai politik harus bersifat independen secara pendanaan dan tidak bergantung pada bantuan pemerintah. 

“Oleh karena itu bagi saya secara prinsip memang tidak seharusnya partai politik itu berharap betul dari pendanaan dari APBN ataupun dari pemerintah karena partai politik itu sifatnya independen," pungkasnya.

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Terlibat TPPU, Gus Yazid Ditangkap dan Ditahan Kejati Jawa Tengah

Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13

UPDATE

Kepala Daerah Dipilih DPRD Bikin Lemah Legitimasi Kepemimpinan

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:59

Jalan Terjal Distribusi BBM

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:39

Usulan Tanam Sawit Skala Besar di Papua Abaikan Hak Masyarakat Adat

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:16

Peraih Adhyaksa Award 2025 Didapuk jadi Kajari Tanah Datar

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:55

Pengesahan RUU Pengelolaan Perubahan Iklim Sangat Mendesak

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:36

Konser Jazz Natal Dibatalkan Gegara Pemasangan Nama Trump

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:16

ALFI Sulselbar Protes Penerbitan KBLI 2025 yang Sulitkan Pengusaha JPT

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:58

Pengendali Pertahanan Laut di Tarakan Kini Diemban Peraih Adhi Makayasa

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:32

Teknologi Arsinum BRIN Bantu Kebutuhan Air Bersih Korban Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:15

35 Kajari Dimutasi, 17 Kajari hanya Pindah Wilayah

Kamis, 25 Desember 2025 | 22:52

Selengkapnya