Presiden Amerika Serikat, Donald Trump/Net
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menyebut Presiden Rusia Vladimir Putin "gila" menyusul serangan pesawat nirawak besar-besaran yang diluncurkan Moskow terhadap Ukraina pada Minggu malam, 25 Mei 2025.
Serangan tersebut menewaskan sedikitnya 13 orang, termasuk beberapa anak-anak, dan meningkatkan ketegangan global atas invasi yang tak kunjung usai sejak awal 2022.
Trump, yang dikenal selama masa kepresidenannya memiliki hubungan yang hangat dengan Putin, mengeluarkan pernyataan keras melalui akun Truth Social miliknya.
“Saya selalu memiliki hubungan yang sangat baik dengan Vladimir Putin dari Rusia, tetapi sesuatu telah terjadi padanya. Dia benar-benar menjadi GILA!” tulis Trump, seperti dimuat
AFP.
Ia melanjutkan dengan menyatakan bahwa Putin tampaknya menginginkan seluruh wilayah Ukraina, bukan hanya sebagian.
“Saya selalu mengatakan bahwa dia menginginkan SELURUH Ukraina, bukan hanya sebagian saja, dan mungkin itu terbukti benar, tetapi jika dia melakukannya, itu akan menyebabkan jatuhnya Rusia!” tambahnya.
Komentar tersebut menjadi teguran langka dari Trump terhadap pemimpin Kremlin, yang selama ini kerap ia puji. Namun, Trump kini tampak frustrasi terhadap kegagalan negosiasi damai antara Rusia dan Ukraina.
Dalam pernyataan kepada wartawan sebelumnya pada hari yang sama, Trump mengatakan dirinya tidak senang dengan serangan terbaru tersebut dan tengah mempertimbangkan untuk mendukung sanksi baru terhadap Moskow.
“Saya sudah lama mengenalnya, selalu akur dengannya, tetapi dia mengirim roket ke kota-kota dan membunuh orang, dan saya sama sekali tidak menyukainya,” tegas Trump.
Serangan pada Minggu malam merupakan yang terbesar sejak awal invasi. Militer Ukraina mengklaim berhasil menembak jatuh 266 dari 298 drone serang yang diluncurkan, serta 45 rudal.
Meskipun demikian, korban jiwa tetap berjatuhan di berbagai wilayah, termasuk anak-anak berusia delapan, 12, dan 17 tahun di Zhytomyr. Di Khmelnytskyi, Kyiv, dan Mykolaiv, total empat orang dilaporkan tewas di masing-masing wilayah.
"Tanpa tekanan yang benar-benar kuat pada kepemimpinan Rusia, kebrutalan ini tidak dapat dihentikan," kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dalam sebuah unggahan di media sosial.
Ia juga memperingatkan bahwa diamnya Amerika dan dunia hanya mendorong Putin lebih berani menginvasi Ukraina.
Namun, Trump tak tinggal diam dalam menanggapi komentar Zelensky. Ia justru mengecam pemimpin Ukraina tersebut, menyebutnya "tidak membantu negaranya dengan berbicara seperti itu."
“Semua yang keluar dari mulutnya menimbulkan masalah, saya tidak menyukainya, dan sebaiknya dihentikan,” tulis Trump.
Kecaman terhadap Rusia datang dari berbagai penjuru Eropa. Diplomat tertinggi Uni Eropa, Kaja Kallas, menyerukan tekanan internasional maksimal terhadap Moskow.
“Serangan tadi malam kembali menunjukkan Rusia bertekad untuk lebih banyak menderita dan menghancurkan Ukraina,” tulisnya.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Jerman Johann Wadephul menegaskan bahwa negaranya siap mendukung sanksi tambahan di tingkat Uni Eropa.
“Putin tidak menginginkan perdamaian, ia ingin melanjutkan perang dan kita tidak boleh membiarkannya melakukan ini,” ujarnya.
Ironisnya, serangan brutal ini terjadi hanya beberapa jam setelah Rusia dan Ukraina menyelesaikan pertukaran tahanan terbesar sejak awal perang.
Sebanyak 303 tawanan perang Ukraina ditukar dengan jumlah yang sama dari pihak Rusia, dalam kesepakatan yang diraih pada pembicaraan di Istanbul awal Mei.
Presiden Zelensky mengonfirmasi keberhasilan pertukaran tersebut, yang juga disambut haru oleh rakyat Ukraina.
Seorang mantan tahanan, Viktor Syvak (58), mengaku sangat emosional setelah dibebaskan.
“Tidak mungkin untuk dijelaskan. Saya tidak dapat mengungkapkannya dengan kata-kata,” ucapnya.