Berita

Ilustrasi/Ist

Bisnis

Fondasi Fiskal Negeri Paman Sam Kian Rapuh

SENIN, 19 MEI 2025 | 16:55 WIB | LAPORAN: ALIFIA DWI RAMANDHITA

Langkah lembaga pemeringkat Moody’s menurunkan prospek kredit Amerika Serikat (AS) dinilai semakin menyoroti rapuhnya fondasi fiskal Negeri Paman Sam. 

Ekonom Universitas Paramadina Wijayanto Samirin menilai pemangkasan tersebut mencerminkan kondisi fiskal AS yang kian memburuk dan mendekati titik krisis.

"Pemangkasan ini mencerminkan kondisi fiskal AS yang makin buruk, dengan rasio utang yang makin menganga dan Debt Service Ratio (DSR) yang terus naik," kata Wijayanto kepada RMOL pada Senin, 19 Mei 2025.


Wijayanto mengungkapkan bahwa upaya pemerintahan Trump dalam menekan defisit gagal total. Bahkan hingga tujuh bulan pertama tahun fiskal 2024–2025 (Oktober–April), defisit anggaran sudah tembus 1,1 triliun Dolar AS, jauh lebih tinggi dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 0,9 triliun dolar AS.

"Bahkan Trump trade war (kemarin) justru makin memperburuk situasi," lanjutnya.

Lebih jauh, Wijayanto memperingatkan bahwa jika tren ini berlanjut, total utang pemerintah federal AS bisa menembus 57 triliun dolar AS pada 2034. 

"Kekhawatiran bahwa utang Pemerintah Federal melewati (angka tersebut) pada tahun 2034 memposisikan risiko kebangkrutan fiskal AS sangat tinggi, makin terlihat," tegasnya.

Dampaknya pun tak main-main. Menurut Wijayanto, dinamika global akan makin liar. Arus modal internasional akan bergeser, dan posisi Dolar AS sebagai mata uang utama dunia akan makin terancam.

"Emas, Euro, Yuan, Poundsterling, dan Yen akan relatif meningkat. Dedolarisasi akan terjadi secara alami, bukan hanya antar-pemerintah (G to G), tetapi juga antar-bisnis (B to B), bahkan antar-individu (P to P)," paparnya.

Meski begitu, Wijayanto melihat peluang bagi Indonesia jika bisa membaca momentum dengan tepat. Ia mengingatkan bahwa penerbitan surat utang nasional memang akan lebih menantang ke depan, namun ada peluang besar yang bisa diraih.

"Penerbitan surat utang kita mungkin lebih menantang dalam beberapa tahun ke depan. Tetapi jika kita berhasil memperbaiki iklim investasi dan prospek pertumbuhan bisa tembus 6 persen, bukan tidak mungkin kita juga akan menerima arus modal masuk (capital inflow)," pungkasnya.

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Terlibat TPPU, Gus Yazid Ditangkap dan Ditahan Kejati Jawa Tengah

Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13

UPDATE

Bank Mandiri Berikan Relaksasi Kredit Nasabah Terdampak Bencana Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 12:12

UMP Jakarta 2026 Naik Jadi Rp5,72 Juta, Begini Respon Pengusaha

Jumat, 26 Desember 2025 | 12:05

Pemerintah Imbau Warga Pantau Peringatan BMKG Selama Nataru

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:56

PMI Jaksel Salurkan Bantuan untuk Korban Bencana di Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:54

Trump Selipkan Sindiran untuk Oposisi dalam Pesan Natal

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:48

Pemerintah Kejar Pembangunan Huntara dan Huntap bagi Korban Bencana di Aceh

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:15

Akhir Pelarian Tigran Denre, Suami Selebgram Donna Fabiola yang Terjerat Kasus Narkoba

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:00

Puan Serukan Natal dan Tahun Baru Penuh Empati bagi Korban Bencana

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:49

Emas Antam Naik, Buyback Nyaris Tembus Rp2,5 Juta per Gram

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:35

Sekolah di Sumut dan Sumbar Pulih 90 Persen, Aceh Menyusul

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:30

Selengkapnya