Berita

Kegiatan pengosongan gedung SLB Negeri A Pajajaran Bandung

Politik

Prabowo Harus Turun Tangan Lindungi Saksi Sejarah SLB Pajajaran

MINGGU, 18 MEI 2025 | 21:04 WIB | LAPORAN: JAMALUDIN AKMAL

Presiden Prabowo Subianto diminta turun tangan mengatasi polemik pembongkaran SLB Negeri A Pajajaran Bandung yang dialihfungsikan sebagai Sekolah Rakyat.

Pembongkaran tersebut memprihatinkan karena sekolah untuk siswa berkebutuhan khusus di Sentra Wyata Guna, Kota Bandung ini punya nilai sejarah penting karena dibangun tahun 1901, jauh sebelum Indonesia merdeka.

Ketua Asosiasi Profesi Ortopedagogik Indonesia (APOI) Jakarta, Hartini Nara mengatakan, pembongkaran SLB telah mengabaikan hak pendidikan siswa berkebutuhan khusus. Apalagi, pembongkaran dilakukan saat siswa sedang melaksanakan kegiatan Penilaian Sumatif Akhir Jenjang (PSAJ).


"Pada dasarnya siswa berkebutuhan khusus (disabilitas netra) secara konstitusional berhak mendapatkan pendidikan yang berkualitas dalam situasi apa pun," tegas Hartini kepada Kantor Berita Politik RMOL, Minggu, 18 Mei 2025.

Hartini menerangkan, UUD 1945 menjamin hak-hak siswa berkebutuhan khusus sebagai anak kandung Republik Indonesia. Mereka punya hak yang sama dengan warga negara lainnya dan sudah selayaknya mendapat perlakuan adil.

"Realitasnya siswa berkebutuhan khusus di SLB Negeri A Pajajaran tetap diminta mengosongkan lokasi gedung-gedung sekolah tanpa mengindahkan surat permohonan penangguhan pembongkaran dari pihak sekolah pada 8 Mei 2025," sesal Hartini.

Pembongkaran Gedung C dan D SLB Negeri A Pajajaran Bandung dilakukan pada 14-15 Mei 2025. Komite sekolah sempat melakukan audiensi dengan pihak Wyata Guna.

"Hasilnya, pihak SLB hanya diizinkan menggunakan dan mengoptimalkan penggunaan gedung B dengan model shifting. Adapun Gedung C dan D akan digunakan untuk Sekolah Rakyat," jelasnya.

Pembongkaran ini pun menuai reaksi. Tidak hanya APOI Jakarta, Ikatan Guru Pendidikan Khusus Indonesia (IGPKhI) Jakarta, dan Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) Jakarta juga menolak pembongkaran tersebut.

Mereka meminta Presiden Prabowo mengambil keputusan untuk menghibahkan aset milik negara berupa lahan dan bangunan SLB Negeri A Pajajaran, Bandung agar pembelajaran siswa berkebutuhan khusus tidak terganggu.

Ketua Pertuni Jakarta, Ajad Soderajad berujar, lahan SLB Negeri A Pajajaran Bandung beberapa kali mengalami polemik panjang dan berlarut-larut tanpa penyelesaian yang berarti.

"Penyebab utamanya karena posisi sekolah di Kawasan Wyata Guna tersebut kepemilikannya mengalami dinamika pengelolaan," kata Ajad.

Ajad menjelaskan, 2 tahun setelah Indonesia merdeka, yaitu pada 1947 sekolah ini menjadi Sekolah Rakyat Istimewa (SRI) untuk orang buta. Tahun 1962 berubah menjadi SLB Negeri pertama di Indonesia yang ditetapkan dan dikelola Kementerian Pendidikan Dasar dan Kebudayaan.

Adapun layanan Asrama/Panti dikelola Yayasan Penyantun Wyata Guna.

Kemudian pada 1986, Yayasan Wyata Guna menyerahkan tanah tersebut kepada Departemen Sosial, Kantor Wilayah Departemen Sosial Jawa Barat sebagai hak pakai atas tanah untuk SLB Negeri A Pajajaran, termasuk untuk panti sosial dan perumahan karyawan dan lain-lain.

Sejak 1986, kondisi sekolah memprihatinkan karena tidak bisa membangun dan merevitalisasi sekolah, atap bocor tidak layak, konstruksi atap rapuh, toilet tidak memadai. Setelah melalui perjuangan panjang dan melibatkan berbagai pihak, sekolah baru direnovasi pada 2023.

"Meskipun Pemprov Jabar mengajukan permohonan hibah aset milik negara kepada Kementerian Sosial, persoalan lahan dan pengelolaan SLB Negeri A Pajajaran tak kunjung dikabulkan," terang Ajad.

Setelah melalui proses yang cukup panjang kata Ajad, pada 2021 kawasan Wyata Guna oleh Kemendikbud diserahkan kepada Pemprov Jawa Barat namun belum dicatat  sebagai aset Pemprov Jawa Barat.

Dalam kondisi tersebut posisi pengelolaan SLB Negeri A Pajajaran masih di bawah naungan Kementerian Sosial.

"Kami mendesak Presiden Prabowo segera membuat keputusan menghibahkan aset milik negara berupa lahan dan bangunan SLB Negeri A Pajajaran kepada Pemprov Jabar agar keberlangsungan SLB bersejarah ini kembali berjalan normal," pungkasnya.

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Terlibat TPPU, Gus Yazid Ditangkap dan Ditahan Kejati Jawa Tengah

Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13

UPDATE

Kepala Daerah Dipilih DPRD Bikin Lemah Legitimasi Kepemimpinan

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:59

Jalan Terjal Distribusi BBM

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:39

Usulan Tanam Sawit Skala Besar di Papua Abaikan Hak Masyarakat Adat

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:16

Peraih Adhyaksa Award 2025 Didapuk jadi Kajari Tanah Datar

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:55

Pengesahan RUU Pengelolaan Perubahan Iklim Sangat Mendesak

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:36

Konser Jazz Natal Dibatalkan Gegara Pemasangan Nama Trump

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:16

ALFI Sulselbar Protes Penerbitan KBLI 2025 yang Sulitkan Pengusaha JPT

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:58

Pengendali Pertahanan Laut di Tarakan Kini Diemban Peraih Adhi Makayasa

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:32

Teknologi Arsinum BRIN Bantu Kebutuhan Air Bersih Korban Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:15

35 Kajari Dimutasi, 17 Kajari hanya Pindah Wilayah

Kamis, 25 Desember 2025 | 22:52

Selengkapnya