Berita

Ilustrasi/Net

Publika

Fundamental Ekonomi Indonesia di Tengah Ketidakpastian Global

OLEH: AMISTAN PURBA
MINGGU, 18 MEI 2025 | 04:21 WIB

EKONOMI Indonesia hari-hari ini mengalami represi dari sebagian mitra dagang, khususnya Amerika Serikat dan Tiongkok, dampak “trade war” dan “protectionist policy” yang diterapkan. 

Badan Pusat Statistik telah merilis pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk triwulan I tahun 2025, menampilkan pertumbuhan sebesar 4,87 persen secara tahunan (year-on-year). Ini menunjukkan bahwa ekonomi Indonesia bisa bertahan di tengah represi ekonomi global, seperti yang dialami oleh Amerika Serikat, Jepang, Singapura, dan Korea Selatan. 

Namun, pertumbuhan ini mengalami kontraksi 0,98 persen dibandingkan triwulan sebelumnya (quarter-to-quarter). Fenomena yang impresif dalam ekonomi Indonesia di tengah ketidakpastian global adalah pertumbuhan ekonomi yang tetap eksplisit. 


Untuk mengawal fundamental ekonomi Indonesia di tengah ketidakpastian global, sebagai masukan agar kinerja pemerintah (tim) hendaklah berkonsentrasi pada beberapa hal, yaitu: 

1. Konsumsi Rumah Tangga yang Stabil
Konsumsi rumah tangga yang stabil fundamental bagi kesehatan ekonomi Indonesia. Konsumsi rumah tangga, yang mana merupakan komponen fundamental Produk Domestik Bruto (PDB), menyatakan manifestasi tentang daya beli masyarakat dan aktivitas ekonomi secara keseluruhan. Stabilitas konsumsi rumah tangga menunjukkan bahwa perekonomian sedang berjalan dengan baik, sementara fluktuasi yang besar dapat mengindikasikan masalah pada daya beli atau ketidakpastian ekonomi. 

2.  APBN yang Efektif
APBN yang efektif fundamental untuk mengawal stabilitas dan pertumbuhan ekonomi Indonesia. APBN berperan sebagai instrumen primer dalam pengelolaan ekonomi nasional, termasuk dalam menentramkan represi dan menjaga stabilitas ekonomi. APBN yang dikelola dengan baik dapat menopang meningkatkan kesejahteraan masyarakat, mengurangi kesenjangan antar daerah, dan memperkuat pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

3. Neraca Perdagangan Surplus
Neraca perdagangan yang surplus (ekspor lebih besar daripada impor) sangat penting untuk mengawal fundamental ekonomi Indonesia. Surplus neraca perdagangan akan meningkatkan cadangan devisa negara, memperkuat nilai tukar Rupiah, serta memajukan investasi dan penciptaan lapangan kerja. 

4. Cadangan Devisa Tinggi
Cadangan devisa yang tinggi membantu mengawal fundamental ekonomi Indonesia. Cadangan devisa yang kuat berfungsi sebagai fundamen dalam menghadapi represi ekonomi, mengawal stabilitas nilai tukar rupiah, dan meningkatkan kepercayaan investor. 

5. Penguatan Diplomasi Ekonomi
Penguatan diplomasi ekonomi sangat penting untuk mengawal fundamental ekonomi Indonesia tetap kuat di tengah ketidakpastian global. Diplomasi ekonomi kontributif membuka pasar internasional baru, menarik investasi asing, dan meningkatkan daya saing produk Indonesia.

6. Strategi Menghadapi Tantangan Global
Untuk mengawal fundamental ekonomi Indonesia di tengah tantangan global, strategi yang vital diterapkan meliputi peningkatan daya saing, reformasi struktural, pembangunan berkelanjutan, dan kerja sama internasional. Peningkatan daya saing dapat dicapai melalui investasi pada pendidikan, pelatihan, dan teknologi. Reformasi struktural meliputi reformasi pajak, tenaga kerja, dan birokrasi. Pembangunan berkelanjutan menekankan perlindungan lingkungan dan penggunaan energi terbarukan. Kerja sama internasional penting untuk memperluas akses pasar dan menarik investasi asing.

7. Relevansi Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan yang akurat sangat relevan untuk mengawal fundamental ekonomi Indonesia. Keputusan ini mendukung memastikan stabilitas, pertumbuhan, dan kesejahteraan ekonomi jangka panjang, serta mengoptimalkan daya tahan ekonomi Indonesia terhadap tantangan global.

Penulis adalah Akademisi, Komite Anallisa Ekonomi AP3I

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Investigasi Kecelakaan Jeju Air Mandek, Keluarga Korban Geram ? ?

Sabtu, 27 Desember 2025 | 17:52

Legislator Nasdem Dukung Pengembalian Dana Korupsi untuk Kesejahteraan Rakyat

Sabtu, 27 Desember 2025 | 17:43

Ledakan Masjid di Suriah Tuai Kecaman PBB

Sabtu, 27 Desember 2025 | 16:32

Presiden Partai Buruh: Tidak Mungkin Biaya Hidup Jakarta Lebih Rendah dari Karawang

Sabtu, 27 Desember 2025 | 16:13

Dunia Usaha Diharapkan Terapkan Upah Sesuai Produktivitas

Sabtu, 27 Desember 2025 | 15:26

Rehabilitasi Hutan: Strategi Mitigasi Bencana di Sumatera dan Wilayah Lain

Sabtu, 27 Desember 2025 | 15:07

Pergub dan Perda APBD DKI 2026 Disahkan, Ini Alokasinya

Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:52

Gebrakan Sony-Honda: Ciptakan Mobil untuk Main PlayStation

Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:24

Kebijakan Purbaya Tak Jauh Beda dengan Sri Mulyani, Reshuffle Menkeu Hanya Ganti Figur

Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:07

PAN Dorong Perlindungan dan Kesejahteraan Tenaga Administratif Sekolah

Sabtu, 27 Desember 2025 | 13:41

Selengkapnya