Berita

Warga Palestina di dekat tenda mereka di kamp Bureij di Deir al Balah, Jalur Gaza bagian tengah/TOI

Dunia

Tersebar Isu AS Rencanakan Relokasi Warga Palestina ke Libya

SABTU, 17 MEI 2025 | 08:43 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Pemerintah Amerika Serikat (AS) dikabarkan tengah menyusun rencana untuk memindahkan secara permanen sekitar satu juta warga Palestina dari Jalur Gaza ke Libya.

Laporan ini pertama kali diberitakan oleh NBC News, yang mengutip lima sumber yang mengetahui rencana tersebut.

Menurut dua sumber yang mengetahui langsung pembicaraan ini, serta seorang mantan pejabat AS, rencana ini sedang dipertimbangkan dengan serius hingga pemerintah AS mulai berdiskusi dengan pihak Libya.


"Sebagai imbalannya, AS kemungkinan akan mencairkan dana miliaran Dolar milik Libya yang telah dibekukan selama lebih dari 10 tahun," kata sumber.

Namun, hingga kini belum ada kesepakatan yang dicapai, dan Israel dilaporkan terus mendapatkan informasi terbaru terkait rencana ini.

Pihak Departemen Luar Negeri AS dan Dewan Keamanan Nasional membantah laporan ini. Mereka menyebut bahwa situasi di lapangan tidak memungkinkan untuk menjalankan rencana tersebut.

"Rencana seperti itu tidak pernah dibahas dan tidak masuk akal," kata juru bicara pemerintah.

Sementara itu, pejabat senior Hamas, Basem Naim, mengatakan pihaknya tidak tahu-menahu soal rencana pemindahan warga Palestina ke Libya.

“Warga Palestina sangat terikat dengan tanah air mereka. Mereka siap berjuang sampai akhir demi mempertahankan tanah, keluarga, dan masa depan anak-anak mereka,” ujar Naim.

Ia menegaskan bahwa hanya rakyat Palestina sendiri yang berhak menentukan nasib mereka, termasuk keputusan apa pun yang menyangkut Gaza dan warganya.

Di sisi lain, kondisi Libya saat ini belum stabil. Negara ini dilanda konflik sejak tahun 2011 setelah jatuhnya diktator Muammar Khadafi. 

Saat ini, negara tersebut dipimpin oleh dua pemerintahan yang bersaing: satu di bagian barat dipimpin oleh Abdul Hamid Dbeibah, dan satu lagi di timur oleh Khalifa Haftar. Keduanya masih berebut kekuasaan.

Karena situasi keamanan yang berbahaya, Departemen Luar Negeri AS telah menyarankan warganya untuk tidak bepergian ke Libya. Risiko yang dihadapi termasuk kejahatan, terorisme, ranjau darat, kerusuhan sipil, penculikan, hingga konflik bersenjata.

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Terlibat TPPU, Gus Yazid Ditangkap dan Ditahan Kejati Jawa Tengah

Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13

UPDATE

Bank Mandiri Berikan Relaksasi Kredit Nasabah Terdampak Bencana Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 12:12

UMP Jakarta 2026 Naik Jadi Rp5,72 Juta, Begini Respon Pengusaha

Jumat, 26 Desember 2025 | 12:05

Pemerintah Imbau Warga Pantau Peringatan BMKG Selama Nataru

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:56

PMI Jaksel Salurkan Bantuan untuk Korban Bencana di Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:54

Trump Selipkan Sindiran untuk Oposisi dalam Pesan Natal

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:48

Pemerintah Kejar Pembangunan Huntara dan Huntap bagi Korban Bencana di Aceh

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:15

Akhir Pelarian Tigran Denre, Suami Selebgram Donna Fabiola yang Terjerat Kasus Narkoba

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:00

Puan Serukan Natal dan Tahun Baru Penuh Empati bagi Korban Bencana

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:49

Emas Antam Naik, Buyback Nyaris Tembus Rp2,5 Juta per Gram

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:35

Sekolah di Sumut dan Sumbar Pulih 90 Persen, Aceh Menyusul

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:30

Selengkapnya