Berita

Ilustrasi/Net

Bisnis

Produsen Mobil Jepang Rugi hingga Rp300 Triliun Akibat Tarif Impor AS

KAMIS, 15 MEI 2025 | 10:49 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Sejumlah produsen mobil besar asal Jepang mengalami kerugian lebih dari 19 miliar Dolar AS (sekitar Rp300 triliun) sejak Presiden AS Donald Trump memberlakukan tarif impor baru.

Perusahaan seperti Toyota, Honda, Nissan, Subaru, dan Mazda memperingatkan bahwa pendapatan mereka tahun ini bisa turun, bahkan beberapa di antaranya belum bisa memastikan proyeksi keuangan karena kebijakan tarif yang terus berubah.

Dampak dari tarif ini bisa terasa selama bertahun-tahun ke depan. Ketidakpastian tersebut membuat produsen mobil Jepang mempertimbangkan kembali rencana investasi dan produksi mereka di Amerika Utara.


Toyota diperkirakan paling terkena dampaknya. Perusahaan ini memperkirakan kerugian sebesar 180 miliar Yen (sekitar 1,2 miliar Dolar AS) hanya dalam dua bulan pertama setelah tarif berlaku. 
Menurut Bloomberg Intelligence, kerugian Toyota bisa mencapai 10,7 miliar Dolar AS untuk sepanjang tahun fiskal. Sementara analis lain memperkirakan kerugiannya antara 5,4 hingga 6,8 miliar Dolar AS.
Honda dan Nissan juga memprediksi kerugian sekitar 3 miliar Dolar AS. Subaru, yang mengimpor setengah dari mobilnya ke AS, memperkirakan kerugian sebesar 2,5 miliar Dolar AS. Mazda bahkan tidak memberikan proyeksi keuangan tahunan.

Sejak 3 April 2025, sebagian besar mobil yang masuk ke AS dikenakan tarif 25 persen. Mulai 3 Mei, suku cadang mobil juga dikenakan tarif serupa. Meskipun ada beberapa peraturan untuk mencegah kenaikan tarif ganda, kebijakan ini tetap diperkirakan akan menaikkan harga mobil di AS hingga ribuan Dolar.

Pasar AS merupakan pasar terbesar bagi produsen mobil Jepang. Selama ini, mereka memanfaatkan pabrik di Meksiko dan Kanada untuk membuat mobil, lalu mengirimkannya ke AS. Namun, tarif baru ini membuat strategi tersebut jadi mahal dan tidak efisien. Kini mereka harus memikirkan ulang rantai pasokan agar tidak terbebani biaya tambahan.

Produsen Jepang berharap pembicaraan dagang dengan AS bisa memberikan solusi. Negosiasi dijadwalkan berlangsung akhir bulan ini. 
Perdana Menteri Jepang, Shigeru Ishiba, menegaskan bahwa Jepang tidak akan menerima kesepakatan apa pun jika tarif otomotif tidak dibahas, karena industri otomotif sangat penting bagi perekonomian negaranya.

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

UPDATE

Trump Serang Demokrat dalam Pesan Malam Natal

Kamis, 25 Desember 2025 | 16:04

BUMN Target 500 Rumah Korban Banjir Rampung dalam Seminggu

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:20

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Gibran Minta Pendeta dan Romo Terus Menjaga Toleransi

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:40

BGN Sebut Tak Paksa Siswa Datang ke Sekolah Ambil MBG, Nanik: Bisa Diwakilkan Orang Tua

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:39

Posko Pengungsian Sumut Disulap jadi Gereja demi Rayakan Natal

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:20

Banyak Kepala Daerah Diciduk KPK, Kardinal Suharyo Ingatkan Pejabat Harus Tobat

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:15

Arsitektur Nalar, Menata Ulang Nurani Pendidikan

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:13

Kepala BUMN Temui Seskab di Malam Natal, Bahas Apa?

Kamis, 25 Desember 2025 | 14:03

Harga Bitcoin Naik Terdorong Faktor El Salvador-Musk

Kamis, 25 Desember 2025 | 13:58

Selengkapnya