Pihak berwenang di Kashmir yang dikelola Pakistan menutup lebih dari 1.000 madrasah, menyusul kekhawatiran akan kemungkinan aksi militer dari India setelah serangan mematikan yang terjadi pekan lalu di Kashmir India.
Kepala departemen urusan agama di Kashmir Pakistan Hafiz Nazeer Ahmed mengatakan sekolah akan ditutup selama 10 hari ke depan untuk mengantisipasi serangan perbatasan.
"Keputusan ini diambil karena ketegangan di perbatasan dan potensi konflik," tegasnya, seperti dimuat AFP pada Jumat, 2 Mei 2025.
Serangan bersenjata yang menewaskan 26 orang pada 22 April itu segera memicu kemarahan di New Delhi.
Perdana Menteri India Narendra Modi memberikan kebebasan operasional penuh kepada militer.
“Pelaku, pendukung, dan perencana serangan harus diadili,” tegas Menteri Luar Negeri India, Subrahmanyam Jaishankar, dalam pernyataan resminya.
Sementara itu, Islamabad membantah keterlibatan dan menyebut memiliki bukti kredibel bahwa India tengah merencanakan serangan balasan.
“Setiap tindakan agresi akan ditanggapi dengan respons yang tegas,” ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri Pakistan.
Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio turun tangan dengan menghubungi kedua belah pihak untuk meredakan konflik.
“Kami mendesak kerja sama pejabat Pakistan dalam menyelidiki serangan yang tidak bermoral ini,” kata dia.
Di lapangan, warga hidup dalam ketakutan. Pemilik toko di desa Chakothi dekat Garis Kontrol (LoC), Iftikhar Ahmad Mir mengaku tidak bisa hidup tenang karena takut akan serangan balasan India.
“Selama seminggu kami hidup dalam ketakutan terus-menerus, terutama menyangkut keselamatan anak-anak kami,” tuturnya.
Anak-anak sekolah pun mulai dilatih menghadapi skenario darurat. Ali Raza, 11 tahun, siswa di Muzaffarabad mengaku telah diajari cara memberikan pertolongan pertama.
“Kami telah belajar cara menangani orang yang terluka, cara menggendong seseorang di atas tandu, dan cara memadamkan api,” kata dia.
India dan Pakistan telah berseteru memperebutkan Kashmir sejak pembagian wilayah pada 1947. Sejak 1989, pemberontakan bersenjata di Kashmir India terus berlangsung, menuntut kemerdekaan atau penggabungan dengan Pakistan.
Salah satu insiden terbesar terjadi di Pulwama pada 2019, ketika serangan bunuh diri menewaskan 40 personel keamanan India, memicu serangan udara balasan ke wilayah Pakistan.
Para pengamat mengingatkan bahwa situasi ini bisa berkembang menjadi konflik yang lebih besar.
“Asia Selatan adalah kawasan yang rapuh, dan eskalasi seperti ini hanya akan memperburuk ketegangan global,” kata analis politik dari Islamabad, Saira Jalal.