Berita

Ilustrasi/Reuters

Bisnis

Singapura Mulai Lobi AS, Minta Kelonggaran Ekspor Farmasi hingga Chip

SENIN, 28 APRIL 2025 | 14:36 WIB | LAPORAN: ALIFIA DWI RAMANDHITA

Singapura mulai melakukan negosiasi konsesi perdagangan dengan Amerika Serikat (AS).

Seperti dikutip dari Reuters pada Senin 28 April 2025, negosiasi tersebut dilakukan melalui komunikasi via telepon antara Wakil Perdana Menteri sekaligus Menteri Perdagangan Singapura, Gan Kim Yong, dengan Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick pada Jumat.

Negosiasi tersebut dilakukan untuk menjaga ekspor farmasi Singapura, sekaligus mempertahankan akses terhadap chip kecerdasan buatan (AI) kelas atas. 


Berdasarkan transkrip yang dirilis Kementerian Perdagangan Singapura, Lutnick menyampaikan kekhawatiran mengenai pengawasan ekspor chip, tidak hanya ke Singapura, melainkan secara global.  Ia juga mengusulkan untuk mencari “solusi kreatif” dalam memperkuat hubungan dagang bilateral.

Merespon persoalan tersebut, Gen menegaskan bahwa pemerintah Singapura tidak akan membiarkan perusahaan-perusahaan di negaranya digunakan untuk melemahkan kontrol ekspor Amerika. 

"Kami mengambil kesempatan untuk menjelaskan kepada Menteri Lutnick tentang sistem kontrol ekspor Singapura dan bagaimana kami telah bekerja sama dengan mitra AS di bidang ini, sejauh yang diizinkan oleh hukum kami," kata Gan.

Selain itu, sektor farmasi juga menjadi perhatian utama dari pembicaraan tersebut. Pasalnya, Presiden AS Donald Trump sebelumnya mengancam akan menerapkan tarif atas produk farmasi Singapura, yang saat ini mencakup lebih dari 10 persen dari total ekspor negara tersebut ke AS. 

“Dua bidang ini sangat penting, dan kami menyambut baik adanya kemajuan dalam diskusi antara Singapura dan Amerika Serikat,” ujar Gan sambil menekankan bahwa kesepakatan tersebut belum tuntas.

Upaya negosiasi ini berlangsung di tengah meningkatnya ketegangan atas ekspor teknologi. Pada Februari lalu, tiga warga Singapura didakwa karena terlibat dalam pembelian server yang diduga mengandung chip Nvidia dan mengirimkannya ke Malaysia.

Di sisi lain, Singapura juga menghadapi tantangan ekonomi domestik. Meski memiliki perjanjian perdagangan bebas bilateral dengan AS, negara tersebut tetap dikenakan tarif 10 persen untuk sejumlah produk. 

Pemerintah telah memperingatkan risiko resesi, meningkatnya pengangguran, dan menurunnya pertumbuhan ekonomi akibat ketidakpastian global. Singapura bahkan menurunkan proyeksi pertumbuhan PDB 2025 menjadi 0 persen–2 persen setelah mencatat kontraksi 0,8 persen pada kuartal pertama tahun ini.

Negosiasi ini juga semakin penting karena Singapura akan menggelar pemilihan umum pada 3 Mei mendatang, di tengah tekanan ekonomi dan tingginya kekhawatiran masyarakat terhadap biaya hidup.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Tragedi Nasional dari Sumatra dan Suara yang Terlambat Kita Dengarkan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:44

Produktivitas Masih di Bawah ASEAN, Pemerintah Susun Langkah Percepatan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:41

Lewat Pantun Cak Imin Serukan Perbaiki Alam Bukan Cari Keributan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:38

Bank Mandiri Sabet 5 Penghargaan BI

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:27

Liga Muslim Dunia Siap Lobi MBS untuk Permudah Pembangunan Kampung Haji Indonesia

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:18

Banjir Rob di Pesisir Jakarta Berangsur Surut

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:13

RI–Timor Leste Sepakat Majukan Koperasi

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:08

Revisi UU Cipta Kerja Mendesak di Tengah Kerusakan Hutan Sumatera

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:57

Bahlil Telusuri Dugaan Keterkaitan Tambang Martabe dengan Banjir Sumut

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:48

BI: Cadangan Devisa RI Rp2.499 Triliun per Akhir November 2025

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:39

Selengkapnya