Berita

Potret harga beras Jepang yang melonjak tinggi/PMI Aji

Bisnis

Harga Beras Tembus Rp500 Ribu, Pekerja Migran Indonesia di Jepang Menjerit

SENIN, 28 APRIL 2025 | 12:07 WIB | LAPORAN: ALIFIA DWI RAMANDHITA

Pekerja Migran Indonesia (PMI) di Jepang mengeluhkan lonjakan harga beras yang kian melonjak tahun ini. 

Salah satu PMI bernama Aji Firdaus, mengatakan bahwa harga beras ukuran 5 kilogram kini telah menembus 4.000 Yen atau sekitar Rp500 ribu, dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya.

“Kenaikan harga sudah terasa sejak akhir tahun lalu. Awalnya 5 kg beras sekitar 2.000-an Yen, naik jadi 3.000-an, dan sekarang tembus 4.000-an Yen,” kata Aji saat dihubungi RMOL pada Senin 28 April 2025.


Menurut Aji, harga tersebut belum termasuk pajak tambahan sebesar 10 persen, sehingga beban pengeluaran makin terasa berat.

Kondisi ini memaksa Aji, pria 27 tahun asal Bogor itu untuk lebih berhemat dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. 

"Pengeluaran makin bertambah. Kalau saya pribari jadi mengirit dengan membeli bahan makanan secukupnya, misal beli dada ayam frozen 2 kg-an dan telur. Sayurannya paling sawi dan tauge saja itu dihemat-hemat untuk stok seminggu," tuturnya.

Sebagai informasi, kenaikan harga beras lokal di Jepang belakangan ini cukup tajam. Kondisi tersebut bahkan memaksa pemerintah setempat untuk melakukan ekspor beras ke Korea Selatan pertama dalam 25 tahun terakhir.

Seperti dikutip The Guardian, harga beras di supermarket Jepang tercatat mencapai rata-rata 4.380 yen atau sekitar Rp514 ribu per 5 kilogram, atau sekitar Rp100 ribu per kilogram. 

Kondisi ini membuat pemerintah Jepang melakukan intervensi pasar dengan melepaskan cadangan beras dalam jumlah besar untuk meredam lonjakan harga beras domestik yang semakin memicu keresahan masyarakat.

Pada bulan Maret, pemerintah mulai menyalurkan sekitar 210 ribu ton beras dari cadangan nasional ke pasaran untuk menekan harga.  

Langkah ini tergolong tidak lazim, karena cadangan beras selama ini hanya digunakan saat terjadi bencana atau gagal panen. Adapun kenaikan harga diketahui disebabkan oleh kombinasi cuaca ekstrem, aksi borong oleh konsumen, serta gangguan distribusi.

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

UPDATE

Kepala Daerah Dipilih DPRD Bikin Lemah Legitimasi Kepemimpinan

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:59

Jalan Terjal Distribusi BBM

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:39

Usulan Tanam Sawit Skala Besar di Papua Abaikan Hak Masyarakat Adat

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:16

Peraih Adhyaksa Award 2025 Didapuk jadi Kajari Tanah Datar

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:55

Pengesahan RUU Pengelolaan Perubahan Iklim Sangat Mendesak

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:36

Konser Jazz Natal Dibatalkan Gegara Pemasangan Nama Trump

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:16

ALFI Sulselbar Protes Penerbitan KBLI 2025 yang Sulitkan Pengusaha JPT

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:58

Pengendali Pertahanan Laut di Tarakan Kini Diemban Peraih Adhi Makayasa

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:32

Teknologi Arsinum BRIN Bantu Kebutuhan Air Bersih Korban Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:15

35 Kajari Dimutasi, 17 Kajari hanya Pindah Wilayah

Kamis, 25 Desember 2025 | 22:52

Selengkapnya